Hallo Nun, aku mau sedikit cerita. Sore tadi sehabis adzan menggema aku duduk di pelataran rumah, menghadap pepohonan yang tengah disapa angin, ditemani langit sore yang dibaluti kabut. Sial, aku tak bisa fokus menikmati suasana sekitar lagi-lagi bayanganmu hadir tanpa permisi.
Aku tidak terganggu. Kadang kala kepalaku hampir pecah rasanya harus mencari diksi apalagi untuk menafsirkan tentangmu. Beribu coretanku tersirat menggema lewat dinding aksara. Kamu menarik dangan segala abstrakmu. Kamu adalah goresan tinta tempat dimana setiap baitnya terlihat indah.
Hadirmu begitu mampu membuat diri ini seolah-olah aku adalah manusia yang terkena mantra untuk tak lagi memalingkan mata. Kamu begitu indah dengan segala hal yang kamu punya. Aku tak pernah mengerti, mengapa Tuhan bisa menciptakan manusia seindahmu dalam sekejap kau menjelma sebagai lentera yang begitu terang dalam sebuah kegelapan.
Namun selayaknya saja sebagaimana langit di atas sana aku tak bisa untuk menggapai, tapi aku mencoba memeluk di tepi jarak.
Kadang kisah kita seperti membaca buku ya, hanya karena sibuk menebak-nebak akhir ceritanya sampai lupa menikmati tiap lembar halamannya. Terima kasih, nun, sudah memberi tinta pada tiap lembar cerita.