Sungguh berat rasa kini. Semua seolah baik-baik saja. Namun siapakah yang sadar? siapakah yang mengerti? siapakah yang menutup pintu rapat-rapat? Hingga jerit tangis hati tak terdengar, bahkan kelopak mata tidak bisa lagi berbohong. Sendu mata itu mengandung muram. Meluap-luap segala resah yang tak bernama. Apakah namamu nirmala? Tanpa layu. Apakah engkau nirharapan? Tanpa asa. Harus ada tangan besi yang menghancurkan segala apatis hati. Genggam dan teriaklah bahwa semesta ada bersamamu.
Hentikan itu, pikiran yang berlayar tanpa arah. Hanya satu yang pantas yaitu apapun bentuknya engkau tetaplah istimewa.