Dulu ia duduk manis
Menyatukan tangannya dan menunduk khusyuk
Rapalan-rapalan doa tak henti terdengar dari bibir mungilnya
Harapan itu seperti cahaya,
Timbul benderang di belakang punggungnya
Menjadi remaja, siluetnya sudah tak nampak
Doa yg dipanjatkan sepenuh hati pun tak lagi terdengar
Diganti dengan kesunyian yg asing
Gadis tak bernama itu hilang,
Mengaku sudah pupus harapan
Punggungnya tak lagi bercahaya,
Kusam, kelam, seperti pantulan matanya yg setengah terbuka
Beranjak dewasa, ia kembali.
Sambil terisak, menghantamkan lututnya ke lantai
Menggumamkan harapan-harapan yg dulu sempat menguap entah kemana
Cahaya berkedip,
awalnya remang,
Kelamaan bersinar terang.
Gadis tak bernama itu pulang.
Memilih untuk tak menyerah.
Menuntun harapan
Menjaga cahaya tetap berpendar di punggungnya.
•••
Ditulis di Sihotang, 31 Desember 2022