

Kakek duduk di kursi goyangnya yang usang namun nyaman, kedua tangannya yang keriput bertumpu lembut pada tongkat kayunya. Si cucu kecil meringkuk di dekat kaki sang kakek, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.
"Kek," tanya si kecil dengan suara lembutnya, "kenapa Kakek selalu baik sama semua orang?"
Mata tua Kakek berkilau jenaka. "Oh, cucuku sayang. Kakek akan beri tahu kamu rahasia tentang kebaikan."
Ia mencondongkan tubuhnya ke depan, suaranya lembut namun mantap. "Kamu tahu, kebaikan itu seperti menanam benih. Mungkin kita tidak langsung melihat bunganya mekar, tapi percayalah, ia tetap tumbuh, bahkan ketika kita tidak memperhatikannya."
Si kecil memiringkan kepalanya. "Tapi Kek, kadang orang nggak balik berbuat baik. Apa itu nggak bikin Kakek pengen berhenti berbuat baik?"
Kakek terkekeh pelan. "Justru di saat itulah kebaikan paling diperlukan, sayangku. Gampang berbuat baik ketika semua orang baik sama kita. Ujian sebenarnya adalah tetap berbuat baik ketika dunia tidak bersikap baik pada kita."
"Tapi kenapa, Kek?" si kecil masih penasaran.
"Karena, cucuku tersayang, setiap tindakan kebaikan mengubah dunia sedikit demi sedikit. Mungkin terlihat tidak berarti, tapi semuanya itu terkumpul. Dan kita tidak pernah tahu bagaimana kebaikan kecil kita bisa tumbuh di hati orang lain."
Si kecil terdiam sejenak, mencerna kata-kata kakeknya. "Jadi... kita harus tetap baik meskipun itu sulit?"
"Terutama di saat-saat sulit," Kakek mengangguk. "Karena di situlah kebaikan paling berarti. Ingat, berbuat baik bukan berarti lemah. Kadang-kadang, itu adalah hal terkuat yang bisa kita lakukan."
Ia mengulurkan tangan dan menepuk dada si kecil dengan lembut. "Kebaikan itu hidup di sini. Ia selalu bersamamu, menunggu untuk dibagikan. Dan yang indahnya, semakin banyak kamu memberi, semakin banyak pula yang kamu miliki."
Mata si kecil membulat takjub. "Benarkah?"
"Sungguh," Kakek tersenyum hangat. "Jadi, maukah kamu berjanji pada Kakek? Berjanjilah kamu tidak akan pernah terlalu sibuk, terlalu lelah, atau terlalu terluka untuk berbuat baik. Dunia membutuhkan kebaikanmu, bahkan pada hari-hari ketika kau rasa kebaikanmu tak berarti apa-apa."
Si kecil mengangguk khidmat, merasakan beratnya janji ini. "Aku janji, Kek. Aku janji."
Sementara matahari terbenam di luar, membasuh ruangan dengan cahaya hangat keemasannya, kakek dan cucu itu duduk bersama. Dua generasi yang disatukan oleh sebuah kebenaran abadi - bahwa di dunia yang kadang terasa dingin ini, kebaikan adalah kehangatan yang perlu kita bagikan bersama.

