

Dulu sekali, di sebuah desa kecil yang tak pernah masuk peta, tinggallah seorang gadis yang tidak tahu apa yang sedang ia cari.
Namanya Luma. Setiap hari ia berjalan, memeluk udara, menggenggam hening seperti teman lama.
Orang-orang bilang, Luma aneh. Ia tak pernah bicara banyak. Tak pernah terlalu gembira, tapi juga tak pernah marah.
Hanya matanya… yang selalu seperti langit malam: gelap, tapi penuh kemungkinan cahaya.
Yang tidak mereka tahu…
Luma menyimpan sebuah bintang kecil di dalam dadanya. Bukan bintang terang yang menyala mencolok, tapi bintang tidur—yang belum waktunya bangun.
Dan bintang itu…
hanya akan menyala kalau Luma benar-benar sendiri, di saat malam yang paling hening, di saat tak ada suara yang menyuruhnya jadi apa-apa.
Pada malam-malam seperti itu, bintang kecilnya bergetar pelan, seolah berbisik,
“Aku belum bersinar, tapi aku nyata.
Dan kamu kuat, karena kamu sabar menunggu aku menyala.”

