Menjadi tulus di tengah budaya yang meremehkan ketulusan adalah kutukan yang diwariskan diam-diam. Kita dilahirkan, dibesarkan, lalu digiring untuk percaya bahwa nilai seorang perempuan bergantung pada laki-laki yang memilihnya. Padahal, di balik semua pujian tentang kelembutan dan pengorbanan, ada sistem yang senyap-senyap mengikat leher perempuan dengan rantai “cinta” yang timpang. Traumaku bukan hanya tentang patah hati — ia adalah potret dari kekerasan struktural yang membungkus dirinya dalam romansa.
Untuk perempuan-perempuan hebat di luar sana: bangunlah, dobrak warisan semu itu. Laki-laki bukan atap yang melindungimu — ia hanyalah manusia lain, sama rapuhnya, sama egoisnya, sama tak pastinya. Dirimu sendiri adalah tiang, adalah fondasi, adalah rumah yang harus kau bangun.
Terima kasih sudah bertahan hidup, bahkan saat dunia terasa membenci keberanianmu. Jangan pernah mengakhiri hidup hanya karena terjebak dalam ilusi cinta yang dibentuk sistem yang sejak awal tidak berpihak padamu. Hidupmu jauh lebih radikal daripada sekadar menunggu seseorang mencintaimu.
Jakarta, 3 September 2025.