Wahai diri, engkau selalu sendu.
Bunga yang kau sirami kini telah layu.
Engkau selalu membayangkan euforia.
Tapi engkau lupa, bahwa dirimu tak pernah bahagia.
Maafkan aku wahai hati.
Engkau yang selalu kurawat, kini kau telah terlukai.
Oleh kejamnya hati insani.
Yang tak pernah mengenal pamrih.
Rindu yang membara, kini membakar hangus seluruh perasaan.
Menjadikan hati yang sengsara.
Menelan kekecewaan asmara.
Putri, engkau datang dengan gemulai.
Menyoraki perasaan ini hingga aku lunglai.
Datang dengan membawa selaksa kenangan.
Lalu pergi membunuhku dengan perlahan.
Wahai diri,
maafkan aku dengan semua ini.
Kini engkau selalu merintih, tertatih dan tak terobati.
Maafkan aku yang menghantarkanmu pada keletihan ini.