Bubur Areh Mak Pinah
Kutipan Cerpen Bubur Areh Mak Pinah
Karya accordingtogalcit
Baca selengkapnya di Penakota.id

Sudah sedari matahari mulai terbit Mak Pinah dan suaminya, Pak Sugeng, bersiap-siap untuk berjualan bubur areh, dengan bakul sederhana di pelataran toko, nampak hiruk pikuk lainnya juga sudah dimulai di pasar tradisional sepanjang jalanan pecinan itu. Mak Pinah berjualan mulai dari pukul 06.00 pagi sampai sehabisnya, kadang pukul 09.00 sudah habis karena banyak yang memilih bersarapan dengan bubur kuah santan kental racikan Mak Pinah yang konsisten dari tahun 1997. Mak Pinah dan suaminya berbagi tugas, untuk penyajian makanan, tangan cekatan Mak pinah siap menuang bubur hangat yang mengepul ke mangkok, menambahkan sayur nangka, telur pindang, ayam kampung suwir, kerecek, dan kuah hangat santan kental yang medhok. Sedangkan suaminya bertugas untuk mengantarkan ke meja pelanggan dengan tempat duduk plastik sederhana dan juga mencuci peralatan makan setelahnya. Hari ini lebih cepat habis dari biasanya, sehingga Mak Pinah dan suaminya bisa segera pulang sebelum tengah hari, Mak Pinah segera membersihkan diri, lalu mengerjakan pekerjaan rumah dan beristirahat, sedangkan suaminya biasanya melanjutkan kegiatan sebagai petugas penjaga kebersihan di pasar, dengan seragam jingganya ia menyapu sampah di pasar dan sisa sisa batang sayuran atau buah yang sudah tidak layak jual.

Setelah adzan Ashar Pak Sugeng baru pulang ke rumah, dengan langit gelap, mendung dan hujan rintik rintik, Pak Sugeng segera bergegas pulang dengan honda astreanya, ditemuinya Mak Pinah di dapur sudah siap untuk pergi.


"Bu? Ibu mau kemana toh?" sambil menaruh tas cangklongnya Pak Sugeng terlihat heran.

"Lah Bapak tuh gimana sih, lama sekali pulang subuhan, ayo pak berangkat, nanti sudah antri orang mau beli.." Sedangkan Mak Pinah sudah mengemas bahan dagangan yang seharusnya untuk dijual besok pagi.

"Bu.... saiki tuh jam piro.. ngelindur loh kamu tuh loh, minum sek.... solat ashar sek bu.." Pak Sugeng lalu ke dapur mengambil air untuk Mak Pinah.

"Lah opo toh? aku ki wes subuhan, gek mangkat to.." Jawab Mak Pinah yakin.

"Bu mriki bu... duduk sek, linglung loh kamu tuh... delokno saiki jam piro... kok kaya orang kesambet toh.." perlahan Pak Sugeng menuntun istrinya untuk duduk, dan memberikan segelas air.


Pak Sugeng kebingungan dengan semua bahan dagangan yang sudah siap untuk besok pagi, sehingga bubur areh tersebut sekalian menjadi menu santap malam mereka berdua.


Keesokan paginya ketika Mak Pinah dan suaminya siap berjualan, Mak Pinah melupakan daun pisang dan besek untuk pembeli yang tidak makan ditempat, hal tersebut membuat Pak Sugeng bergegas ke rumah untuk mengambilnya. Setelah Pak Sugeng tiba mengambil besek dan daun pisang di rumah, terlihat Mak Pinah kewalahan karena pembeli yang sudah banyak mengantri.


"Mak nah.. tumbas gudegke.." kata seorang pria muda dokter koas di rumah sakit di utara Jalan Akhmad Dahlan, salah satu langganan tetap Mak Pinah.

"Nggih mas.. piro?" Jawab Mak Pinah.

"yang seperti biasa Mak Nah.." jawab lelaki itu.

.. Mak Pinah terdiam tampak kebingungan

"Gangsal wungkus mak..mboten pedes nggih mak nah" sambut pria itu karena Mak Pinah terlihat bingung.

" ooo Ngagem tigan nopo ngagem ayam?" tanya Mak Pinah.

" mmm? Tigan kalih, ayam tigo.." jawab pria tersebut sambil mengeluarkan uang sebelum Mak Pinah menyebut harga.

"Pitung ndoso ewu mas.." sambut Mak Pinah

"Nggih Niki.. matur nuwon Mak Nah, Pak... mari pak.." balasnya sambil siap untuk pergi dengan motornya.


Banyak kejadian janggal hari ini, Mak Pinah tampak lebih linglung, masih cukup cekatan, tetapi dua tiga pelanggan ada yang protes karena Mak Pinah salah menu. Sehingga hari ini Pak Sugeng memutuskan untuk tidak bekerja di pasar dahulu setelah berjualan. Setibanya di rumah Pak Sugeng duduk santai di kursi setelah menutup jendela karena anggin bertiup kencang.


"Kowe ki piye to pak... kok malah ndak ndang ke pasar.." protes Mak Pinah setelah dirumah tapi Pak Sugeng tidak lanjut ke pasar.

"Ndak papa bu, aku tak ngancani kowe nang omah, istirahat sek, prei sek" Jawab Pak Sugeng.

"Yowes tak buatkan kopi anget yo..." tawar Mak Pinah.

" Iyoo.. ojo manis manis yo bu..." sambut Pak Sugeng.

Setelah mengesap kopi buatan Mak Pinah, Pak Sugeng ke kamar untuk ganti baju, Mak pinah bengong dan beranjak kembali ke dapur. Tak berapa lama Mak Pinah kembali dengan segelas kopi.

"Loh? kowe arep ngopi juga to bu?.." Tanya Pak Sugeng

"Niki pak ndang di minum, ndang berangkat nang pasar," Kata Mak Minah kembali menyodorkan segelas kopi ke suaminya tersebut.

"...Bu... Istighfar... buuuu niki loh... kowe wes nggawe kopi kanggo aku.." Pak Sugeng menunjuk kopi di meja yang masih panas, kopi yang dibuat Mak Pinah pertama kali setelah tiba di rumah. Kemudian Mak Pinah beranjak mengambil jaket dari kamar.

"Pak, niki di gowo yo jaket e.. arep udan.." ucap Mak Minah.

"Opo toh bu... aku ki arep neng omah wae loh... ngancane sampeyan, prei sek nang pasar"

"Bapak ki ngomong opo toh... prei prei trus yo piye ngragati anakmu ku loh... Tejo ki bulan iki bayar sekolah loh.." Jawab Mak Minah

"..." Pak Sugeng termenung sambil meneteskan air mata.

"Yowes tak bikin kan kopi sek yo..." Mak Minah beranjak ke dapur.

"Bu... kamu kangen Tejo ya?... Bu..." suara Pak Sugeng merendah, gemetar, dan kebingungan.

"Wes jam loro iku loh pak, gek mangkat, Tejo sebentar lagi yo mulih, aku ora usah dikancani nang omah" jawab Ibu dari dapur.

"..." Pak Sugeng terdiam, menghampiri Mak Pinah dari belakang, memeluknya sambil menangis.


Pada Oktober lalu, di suasana yang sama, Jogja yang gerimis, Tejo tidak pulang dari sekolah, Pak RT setempat mengetuk pintu rumah Mak Pinah mengabarkan Tejo hanyut tenggelam di sungai ketika bermain sepulang sekolah.




03 May 2021 13:32
179
Jalan Ketandan Lor, Ngupasan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
1 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: