Kalo aku sudah tidak ada, aku datang ke kamu dulu.
Kutipan Cerpen Kalo aku sudah tidak ada, aku datang ke kamu dulu.
Karya accordingtogalcit
Baca selengkapnya di Penakota.id

[Tomo, Dago, 07.17]

Tomo sedari tadi di depan layar laptop nya bergantian melihat keluar jendela untuk memastikan tidak lagi terlewat tukang bubur yang biasa lewat kosannya pukul tujuh pagi. Ia memasang telinga nya betul-betul, agar ketika suara dentingan mangkok tukang bubur dari kejauhan terdengar, ia sudah siap sedia dengan mangkoknya sendiri. Ia kecilkan volume suara Chris Martin yang sedang menyanyikan lagu Us Against the World, ada senandung lirih mengikuti melodi lagunya, tapi, ~dia sedang sendiri di kamarnya dan ia sadar betul memang bukan berasal dari dirinya. Ia mematikan musiknya, ia memastikan asal suara tersebut dari mana, bukan dari luar pintu, bukan pula dari kamar sebelah. Suara dentingan mangkok tukang bubur terlewat lagi, kini Tomo lebih memusatkan perhatiannya ke asal suara senandung tersebut, suara tersebut berhenti, Tomo menyalakan lagi musiknya, suara itu ada lagi, dimatikannya musik, suara itu hilang lagi, kembali dinyalakannya dan mulai mengikuti kemana suara lirih itu berasal, Sial, kali ini jantungnya berdegup kencang, siap-siap ia memegang gagang sapu, suara itu berasal dari lemarinya. Ia buka tanpa ragu untuk memergoki si pencuri bodoh yang memiliki selera musik bagus pikirnya. Mata Tomo terbelalak, ia mengatur napas dan kesadaran. Ada seorang wanita duduk meringkuk masih sedang bersenandung.


"Ka.. kamu... kamu kan... ngapain?" terbata Tomo berkata sambil menampar-nampar pipinya sendiri.

"HAAAAAAA????? sebentar... kamuuu bisa..." Wanita itu, justru ikut terkejut.

"Gawat ini gawat..." Tomo kalut, otak nya bekerja lebih cepat dari kata-kata yang ingin dikeluarkannya.

"Diam dulu! tenang!" Tentu mereka berdua tidak bisa tenang.

"Keluar dari lemari, kita bicarakan baik-baik." perintah Tomo.

"Oke, saya dulu yang bicara, kamu mendengarkan." pinta wanita itu,

Tomo menggaruk kepalanya walau tidak gatal.

"Kamu bisa melihat saya, saya gak tau, ini aneh, saya salah, tapi saya bahagia" jelas wanita itu.

"Iya kamu aneh, dan ya kamu salah" sela Tomo.

"Saya ketakutan, entah ini sudah hari keberapa." air muka wanita itu berubah menjadi sedih dan serius.

"..."

"Saya terbangun, saya mendengar, saya bisa melihat jelas bapak saya disamping saya, dia memegang tangan saya, saya merasakan pula suhu tubuhnya, namun ia tidak bisa mendengar saya.." kemudian ia mulai berkaca-kaca.

"ha??? kamu mau minum dulu?" tawar Tomo, ia mengulungkan cangkir berisi air putih, wanita tersebut ragu, saat ia menggapai gelas, gelas tersebut jatuh, pecah menjadi berberapa bagian.

Kini Tomo pucat pasi, ia mengucek-ngucek matanya sembari melafazkan ayat kursi.

"Lihat kan? jangan takut, karna saya yakin ada urusan yang belum selesai diantara kita berdua.." Suara wanita tersebut tercekat.

"Kita gak saling kenal.. stop stop... diam disitu,," Tomo berjaga.

"Saya juga bingung, saya sudah menghitung berapa hari matahari tenggelam, dan sudah bingung ini hari keberapa, sampai saya tiba-tiba ada disini, jelas kita ada hubungan nya, kita pernah bertemu sekali rasanya.." Jelas wanita itu.

"Iya di kereta.. lalu?" jawab Tomo.

"Kopi mu harum sekali.. apa itu bali kintamani?" wanita itu menunjuk kopi di meja Tomo.

"Apa urusan kita yang belum selesai?" Tomo mengabaikan ucapannya, sekarang Tomi sudah mulai tenang, mencoba mengumpulkan akal sehatnya.

"Mana saya tahu." ujar wanita itu.


Bahkan Tomo sudah merasa kenyang walau matahari sudah mulai naik dan masuk lewat jendelanya. Tomo duduk menjaga jarak, masih komat-kamit. Keduanya diam saling menatap, berpikir lama, wanita itu melanjutkan menyenandungkan musik yang keluar dari laptop Tomo.


"Ah.. maaf kalo lancang, saya pernah mengambil fotomu diam-diam." suara Tomo memecahkan keheningan, ia menyeruput dan menghabiskan kopinya, ia mengambil gawainya.

"Hmm? waktu di kereta?" tanya wanita itu.

"Iya.. mau lihat?" Tomo memperlihatkan layar telepon genggamnya.

"Mmmhhh... bisa kamu kirimkan fotonya ke nomer ini." ujar waita itu.

"Hmm? itu nomer siapa.. iya oke bisa" mereka bertukar pandang, Tomo ragu.

"Setelah itu kamu block nomernya, dan hapus foto itu dari hp mu." ujar wanita itu.

"nggg... mmmhh oke." meski ragu, tetap Tomo lakukan. selesai mengikuti perintah wanita itu, Tomo mengalihkan pandang dari layar gawainya, wanita itu menghilang.


"Aku bahkan gatau namanya.." rasa sedih menggantikan rasa takut dan curiganya, rasa sedih yang entah perlu atau tidak, tapi rasa sedih itu nyata sekali.


[Ayah Cikal, Jalan Pasteur, 09.25]

Pipi nya masih dibasahi air mata, mencoba tegar dan menenangkan istrinya yang histeris, mereka mengantarkan anaknya dengan ikhlas,


[Antapani, 20.23]

Di rumah duka kerabat dan teman dekat mulai meninggalkan kediaman Cikal, duka justru mulai menyergap. Ayah cikal membuka pesan singkat yang banyak masuk ke telepon genggamnya, ada satu pengirim dengan nomer tidak dikenal mengirim gambar putrinya.



https://penakota.id/penulis/AccordingToGalcit/8282/tomo-cikal-dan-gerbong-nomor-10



24 Mar 2020 11:07
206
Paledang, Kota Bogor, Jawa Barat, Indonesia
1 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: