oranment
play icon
Keberuntungan Yang Sering Dilupakan
Cerpen
Kutipan Cerpen Keberuntungan Yang Sering Dilupakan
Karya adrianrehuel
Baca selengkapnya di Penakota.id

Sudah hari ke-24 sejak sekolah diliburkan karena virus yang sedang beredar di seluruh dunia. Aku pun sudah lelah di rumah saja. Tak terasa sudah hampir satu bulan ku menetap di rumah, sambil melakukan segala aktivitas yang lama-kelamaan mulai terasa membosankan. Bangun jam 8, terkadang jam 9, dan mungkin jika lelah jam 10, mandi, makan siang, mengerjakan tugas yang tak terkira banyaknya, menonton film ataupun seri film hingga berjam-jam, dan tidur larut malam, sudah menjadi kebiasaanku dalam 24 hari ini. Kesempatan untuk berlibur yang tadinya kunanti-nantikan jadi terasa sedikit menyusahkan. Seharusnya orang lain senang mendapat kesempatan untuk berlibur, tapi kali ini kurasa semua murid sekolah akan menyetujui pendapatku ini.

           

Ini sama sekali tidak terasa seperti liburan. Pertama, semua orang (termasuk diriku) tidak mendapatkan ijin untuk keluar rumah. Untuk bisa keluar untuk menikmati udara segar saja harus sangat berhati-hati karena virus ini juga bisa menyebar melalui udara. Rasanya seperti terpenjara di dalam rumah sendiri. Akan tetapi memang benar bahwa ini semua demi kebaikan, bagi semua orang dan bagi diriku juga. Tapi belum berhenti sampai di situ, aku juga punya alasan lain yang tak kalah pentingnya. Home-learning tak seseru yang kubayangkan. Kukira tadinya kita akan bersama-sama belajar jarak jauh menggunakan media komunikasi kekinian seperti skype atau sejenisnya. Yaa, itu memang benar terjadi, tapi ternyata kebanyakan guru menitikberatkan tugas kepada murid-muridnya. Aku yakin seluruh murid dari segala lapisan masyarakat pasti akan setuju dengan pendapatku saat aku mengatakan bahwa kami semua kewalahan dengan banyaknya tugas yang diberikan. Kami yang berharap mendapat ilmu dari pembelajaran malah mendapat tugas yang banyak. Bayangkan jika kita diberikan waktu belajar satu minggu, dan di setiap mata pelajaran ada pekerjaan rumah. Bagaimana tidak penat kepala ini? Tapi mungkin inilah cara yang terbaik untuk sekaligus memaksa murid belajar, karena jika tidak diberikan tugas, pasti murid tidak akan serajin itu membuka buku. Benar bukan?


  Beruntungnya, aku memiliki keluarga yang menyenangkan. Di saat aku sedang pusing-pusingnya karena tugas, keluargaku memutuskan untuk pergi sejenak bersama-sama, sekaligus menjauhkan diri dari Jakarta, pusat penyebaran virus ini. Kami pun akhirnya pergi ke Puncak untuk menginap beberapa hari di villa milik saudara kami. Di sana udaranya sangat sejuk, berbeda dengan udara Jakarta yang penuh polusi (setidaknya sebelum karantina mandiri ini, karena sejak itu pasti angka kendaraan yang ada di jalan menurun). Pemandangan yang aku dapatkan dari sini juga sangat menenangkan, penuh dengan pegunungan asri dan pepohonan rindang. Tadinya kami hanya berniat untuk menetap di sini beberapa hari, namun ternyata tak terasa kami sudah di sini selama hampir dua minggu. Aku merasa beruntung karena bisa sejenak mengisolasikan diri dari tempat maraknya penyakit itu. Setidaknya, di sini aku merasa terhibur dengan pemandangan indah dan udara yang sejuk.

         

   Mungkin kalian bertanya-tanya, apa hubungan judul dengan tulisanku. Aku merasa bahwa setelah terjadinya Covid-19 ini, banyak orang jadi sadar akan pentingnya kesehatan dan kebersihan diri. Banyak dari kita seringkali merasa kurang bersyukur atas apa yang kita miliki. Manusia sering memiliki rasa iri terhadap satu sama lain, itu adalah hal yang lumrah bagi sebagian orang. Tapi semenjak adanya Covid-19, kita semua jadi menghargai kesehatan kita sebagai sesuatu yang penting. Setidaknya setelah ini semua berakhir, kita ditinggalkan dengan beberapa pelajaran penting, diantaranya adalah bahwa seberapa kurangnya diri kita (menurut siapapun), bersyukurlah jika kita masih memiliki jiwa dan raga yang sehat. Karena itu adalah keberuntungan yang sering sekali kita lupakan. Kenyataan bahwa kita masih hidup dan bernapas di dunia ini sering kita lupakan. Melalui ini, mungkin Tuhan ingin mengingatkan kita untuk jangan berhenti bersyukur. Hal sekecil apapun yang kita miliki saat ini, kebahagiaan, kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga, kesempatan untuk bisa bersekolah, bahkan kesempatan untuk bisa hidup dengan tubuh dan jiwa yang sehat adalah hal yang patut untuk kita syukuri.

          

  Sampai hari ini, aku bersyukur karena masih diberikan kesehatan dan kebutuhan yang tercukupi. Tak lupa juga aku bersyukur karena keluarga yang masih utuh dan sehat. Aku senang bahwa aku masih berkesempatan untuk menghabiskan ‘liburan’ ini di tempat yang membuatku nyaman dan sejenak lupa akan kebisingan dunia. Tak semua orang memiliki kesempatan untuk merasakan hal-hal yang kurasakan selama minggu-minggu karantina ini. Banyak orang di luar sana yang sedang berjuang melawan Corona, baik orang-orang yang terinfeksi maupun dokter dan suster yang adalah ujung tombak dunia untuk saat ini. Para tenaga medis sedang menggantungkan nyawa mereka demi menyelamatkan kaum mereka. Semua ini telah terjadi dan sudah tak dapat dipungkiri lagi. Untuk sekarang, yang bisa kita lakukan hanyalah menjaga diri sebaik mungkin dan berdoa bersama-sama agar semua ini dapat berlalu dengan cepat, sehingga tidak harus ada lagi kesusahan dan kematian yang ditimbulkan oleh penyakit mengerikan ini. Mari kita berdoa agar ‘keberuntungan’ yang selama ini kita lupakan bisa bangkit dan memaafkan kita sehingga kita dan seluruh dunia ini dapat pulih kembali, seperti sebelumnya. 



calendar
09 Apr 2020 22:32
view
42
wisataliterasi
Puncak, Bogor, Ciloto, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Indonesia
idle liked
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
close
instagram
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
close
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh:
example ig