Aku seakan ingin berbicara kepada
sesuatu, sesuatu yang tak ada dan tidak
abadi.
Luka yang paling gelap, ialah luka ketika
kau pergi meninggalkanku dan tidak
mengucapkan kata selamat tinggal.
Sebuah suara dari bahasa yang jauh
dalam diriku: kekosongan dari
kehidupan sisa yang tak pernah
mengenal pesta.
Bahasaku perlahan mati dari cuaca
gelap dan ketiadaan. Bahasaku adalah
kemiskinan puisi yang tak bisa ku tulis
untukmu.
Pada pukul dua pagi, saat tubuhku terbangun
dari tidur, ingatan adalah akar yang membawaku
ke masa lalu dari hal-hal gelap.
Apakah kebahagiaan mengenal langit cerah usai
hujan air mata?
Pekat malam menjadi bahasa yang tak mengenal
bunyi. Seakan kau bisa melihat kalimatnya tetapi
tidak dengan bunyinya.
Seperti cangkir kosong tanpa kau isi. Begitulah
kekosongan yang tak pernah siapapun hendak
datang merayakan atau tinggal di rumah ini.
Ke mana lagi aku mencari, setelah kesunyian
dan bahasa kini mati dan tertinggal di puisi
ini yang tak lengkap?
27 Desember 2024