Suatu hari di akhir bulan maret, ia mengambil segenggam bunga melati dari keranjang yang ditentengnya. Di depan tanah bergunduk yang masih rapi dan harum serta sebuah papan mengkilau bertuliskan namanya. Lantas setelah itu ditaburkannya sedikit demi sedikit tanpa ragu hingga habis.
Ia mulai mengamati lamat-lamat dan berpikir. "Kenapa semua ini bisa terjadi?" meskipun ia masih bingung, air matanya yang sedari tadi mengembang akhirnya terjatuh juga.
Kemudian, hujan turun deras dari langit yang tampak iba kepadanya. Ia baru sadar, di tempat ini ramai orang ikut menangis, dan tampak lebih sedih daripada tangisnya sendiri.
Akhirnya, ia sedikit mengerti. Bahwa ternyata masih ada orang yang menangisi kepergiannya dengan begitu tulus. Oleh karena itu, ia merasa menyesal sebab telah memutuskan untuk pergi hanya karena ditinggali kekasihnya.