oranment
play icon
Kita
Cerpen
Kutipan Cerpen Kita
Karya afrizalramadhan
Baca selengkapnya di Penakota.id

"Belakang ini udara terasa hampa, namun juga terasa sesak, ah, menyakitkan," katamu selagi mengisap dalam-dalam sebatang rokok di depan barista yang matanya sedang mengasihimu. Dan mataku pun ikut mengasihimu.


Padahal semalam kau baik-baik saja, sebelum beberapa jam yang lalu seseorang memukulimu di depan banyak orang. Entah, siapa orang itu, aku benar-benar tak mengenalnya. Meski padahal kita adalah satu tubuh.


Ah, ya.


Aku sedikit ingat, pada keriput-keriput di wajahnya, dan tubuhnya yang terlihat usang itu. Mata-mata yang begitu menyala itu. Tapi aku amat lupa siapa seseorang itu. Padahal kau begitu mengenalnya, tapi aku benar-benar tak mengenalnya. Meski padahal kita adalah satu tubuh.


"Aku hanya ingin bebas, aku ingin membentangkan kedua sayapku. Namun, belakangan ini udara terasa hampa, dadaku sesak! Ah! Menyakitkan," gumammu tak karuan. Barista itu pun menuangkan kembali gelasmu yang sudah kosong, kali ini ia tak ragu lagi. Diam-diam ia menuang penuh gelasmu dengan air mata yang bercampur bir dan kau tak tahu itu. Dan aku hanya ikut mencampur air mataku ke dalam gelasmu. Dan lagi-lagi tak kau sadari itu.


Kemudian kau diam.


Beberapa saat setelah kau diam, bar ini berubah menjadi gelap. Waktu seakan berputar-putar melawan arah jam seharusnya. Setelah itu, tanpa kusadari, aku berada entah di mana. Terdapat ruangan besar, sebuah dinding-dinding dipenuhi warna-warni, boneka-boneka cantik nan lucu di atas meja yang besar, dan seorang gadis kecil yang menangis sesunggukan di atas kasur.


"Selama kau tidak menurutiku, pintu ini tidak akan terbuka!" teriak seseorang setelah membanting pintu dengan bunyinya seperti ribuan meteor bertabrakan dengan sengaja.


Gadis kecil di atas kasur itu tetap menangis. Ia tak hiraukan teriakan itu. Bahkan, ia benar-benar tak peduli dengan hidupnya lagi, sebab kulihat ia mulai menggoreskan sebilah kaca ke pergelangan tangannya.


Di samping gadis kecil itu, aku melihat selembar foto di dekatnya. Bingkai yang pecah dan darah yang mulai mengalir ke sepanjang baju putihnya.


Dan aku sadar, gadis itu adalah kau. Gadis di depan barista yang matanya sedang mengasihimu. Dan mataku pun ikut mengasihimu.


Namun, siapa seseorang yang berteriak lalu membanting keras-keras pintu itu? Rasanya kau amat mengenal seseorang itu. Tapi, aku benar-benar tak mengenalinya. Meski padahal kita adalah satu tubuh.


Seseorang yang memukulimu di dalam bar dan seseorang yang berteriak lalu membanting keras-keras pintu itu.


Kemudian, gadis kecil itu yang nyatanya kau tergeletak di lantai yang penuh darah. Dan beberapa saat setelah itu, waktu berputar-putar mengikuti arah seharusnya. Aku kembali melihat kau di dalam bar dan di depan barista yang matanya sedang mengasihimu. Kali ini matamu mengeluarkan air yang tak bisa lagi terbendung. Barista di depanmu itu tak ragu lagi mengeluarkan air matanya. Dan aku akhirnya ikut mengeluarkan air mata.


"Mah, aku benci Ayah! Aku benci nasibku!" teriakmu, lalu tergeletak dengan tangan yang mengalirkan darah. Dan darah itu terlihat seperti bir yang sedaritadi kau minum. Dan aku pun ikut tergeletak. Bahkan, barista itu tanpa kau dan aku sadari adalah kita di depan cermin, di sudut pojok paling gelap di dalam bar, yang sedaritadi juga matanya mengasihi kita. Akhirnya waktu pun berhenti setelah kita tersenyum sambil membentangkan kedua sayap kita.

calendar
28 May 2019 02:57
view
8
wisataliterasi
Jakarta Selatan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia
idle liked
1 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
close
instagram
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
close
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh:
example ig