Laba-Laba yang Jatuh dari Atas Pohon
Cerpen
Kutipan Cerpen Laba-Laba yang Jatuh dari Atas Pohon
Karya agashinovita
Baca selengkapnya di Penakota.id
Pria itu duduk di sana sendirian. Di bawah pohon mangga yang usianya mungkin sama dengan usianya yang sudah menginjak setengah abad.

Istrinya telah meninggal dunia 4 tahun yang lalu. Kini, ia tinggal bersama anak-anak yang sibuk mencari uang.

*********

"Bapak masih harus kerja buat sekolah adek kamu. Kan kemaren pas mama sakit bapak ngeluarin dana jutaan itu."

Iya, aku dengar saat Bapak mengeluh soal keuangan di depan Mama yang sedang terbaring di rumah sakit. Mangkanya mama enggak mau dibawa ke rumah sakit lagi walaupun sakitnya parah. Pikir Sang Anak.

"Yah, tapi udah ga usah dibahas lagi. Sekarang kan mama udah enggak ada. Bapak mah ikhlas."

Pria yang rambutnya sudah belang-belang karena uban itu terus bekerja sampai suatu hari dia dilarikan ke rumah sakit karena terserang struk. Kantor pun memutuskan untuk memberhentikan Pria tersebut dari pekerjaannya.

Masa-masa kejayaan yang dulu dirasakan Pria bertubuh tinggi tegap itu pun berakhir. Tak ada lagi penghasilan bulanan. Tak ada lagi uang lemburan. Tak ada lagi THR saat lebaran.

Itu pun yang dirasakan oleh anak-anak Si Pria, tetapi bagi anak-anaknya kesehatan Bapak mereka jauh lebih penting. Jadi, tidak ada masalah meskipun Bapaknya harus pensiun dini.

Biaya sekolah sang adik masih bisa ter-cover dari penghasilan Sang Anak yang belum mau menikah itu. Dua orang kakaknya sudah menikah dan hidup terpisah. Hanya dialah anak yang mengurus Bapak dan adiknya.

Sampai suatu hari, sang anak pun kehilangan pekerjaannya. Dia sedih. Namun, tak mau menampakkan kesedihan di hadapan Bapak dan Adiknya. Dia berusaha mencari pekerjaan baru. Menaruh lamaran ke berbagai perusahaan. Sayangnya, belum juga ada panggilan.

Beban ekonomi mulai terasa mengelayuti Sang Anak. Biaya sewa rumah, biaya sekolah adiknya, biaya ujian, uang buku, biaya makan sehari-hari, dll. Semua membuat sesak nafas.

"Kenapa bapak enggak mati aja? Kenapa harus dikasih sakit begini. Jadi, enggak bisa kerja. Klo enggak kerja kan jadi enggak punya duit, nanti makan apa kita. Adik kamu juga gimana bayaran sekolahnya." Keluh sang Pria.

"Sabar, Pak." Hanya itu yang bisa dikatakan Si Anak yang sebenarnya juga sedang berputus asa.

Kehidupan yang semakin sulit membuat sang anak harus berhutang ke kiri dan ke kanan demi bisa makan dan tetap bertahan setiap hari.

"Kamu sih salah pilih jurusan, coba waktu itu kamu ambil jurusan ekonomi atau teknik pasti gampang dapet kerja. Kaya anak tetangga tuh, sekarang kehidupannya enak. Anaknya kerja semua. Lha ini, anak pada jadi pengangguran semua. Bagaimana mau bisa makan coba. Duit juga enggak punya. Adik kamu juga mau bayaran enggak bisa."

Sang Anak diam saja. Dia hanya bisa memberikan yang terbaik yang bisa ia berikan sekarang. Masak-masakan untuk keluarga. Tetap tersenyum dan terus berusaha mencari pekerjaan.

"Gara-gara keluarga dari mama kamu ini. Dulu aja pinjam-pinjam uang tapi enggak pernah dibalikin. Sekarang juga mana." Lagi-lagi Si Pria menggerutu.

"Ikhlaskan saja, Pak."

Setiap hari, Si Anak harus mendengar keluhan Sang Pria sambil menanti kabar dari surat lamaran yang sudah ia sebarkan. Setiap hari Si Anak harus bersabar ketika Sang Pria terus mengatakan bahwa dirinya ingin mati dan bunuh diri karena tidak punya uang.

Sampai akhirnya Si Anak tidak tahan dan membalas, "Kalau mau mati-mati saja sana! Kalau mau bunuh diri enggak usah kebanyakan ngomong. Gayanya mau bunuh diri, sesak nafas sedikit aja teriak-teriak minta diantar ke rumah sakit. Kalau takut mati enggak usah ngoceh mau mati terus!"

"Iya, nanti juga Bapak bunuh diri sebentar lagi. Gara-gara kalian anak-anak kaya setan, Bapak jadi sakit kaya begini."

Si Anak yang mencoba sabar pun akhirnya sedih karena mendapat doa buruk dari Sang Pria. Rasa putus asa pun membuat Si Anak berpikir nekat untuk mengakhiri hidupnya.

***********

Makanan sudah tersedia di meja, tapi sang pria malah memilih duduk di halaman belakang.

Kini, anaknya sibuk kerja agar bisa memberikan uang kepada Sang Pria. Uang-uang itu tidak hanya memenuhi dompet Sang Pria, tetapi juga rekeningnya.

"Halo, pulang jam berapa? Bapak sendirian di rumah."

"Enggak tahu, kayanya malam. Soalnya mau rapat," jawab Si Anak yang batal bunuh diri.

"Ooh, ya udah." Sang Pria pun mengakhiri sambungan teleponnya.

Seekor laba-laba kecil jatuh di lengan sang pria. Mereka bertatapan cukup lama sebelum akhirnya melompat turun dan meninggalkan Sang Pria.


Agashi_Novita
24 Jun 2018 16:04
101
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: