oranment
play icon
Rahasia dan Kenangan
Cerpen
Kutipan Cerpen Rahasia dan Kenangan
Karya agnesiaacandraa
Baca selengkapnya di Penakota.id

          “Tak terasa rasanya 3 tahun tanpa mu, namun selalu terasa kau masih disini…menyemangati ku”. 


        Begitulah ucap ku ketika kau mengingatkan ku kembali melalui foto kenangan kita di masa lalu. Foto yang terselip di buku diary ku tanpa sedikitpun koyakan. Tampak senyum mu yang berseri indah yang tak akan aku lupakan. Namun, selain mengingatkan ku tentang mu, foto itu juga mengingatkan ku tentang sesuatu yang tak asing. Seketika membuatku teringat kembali tentang harapan kita saat SD yang ditulis di kertas. Lalu kita simpan di box mini berwarna merah muda dan kita kubur di dekat rumah pohon. Yang kelak akan kembali kita ambil dan membukanya di kemudian hari bersama-sama. Kenangan indah dan menyakitkan yang bercampur aduk membuat air mata yang menggenangi mataku tak sanggup ku tampung lagi dan akhirnya menetes jatuh. 


Kenangan mu begitu erat di benakku~”.Batinku sembari memeluk foto kita.


— — —


       “Adel sayang, Dara dan Chika datang loh”. Ucap Merry yang telah membukakan pintu untuk sahabat anaknya. Namun, Merry tidak mendapat respon dari anaknya. 


“Waduh, sepertinya Adel sangat sibuk mengemasi barang- barangnya. Kalian naik saja ke kamarnya Adel”. Kemudian ucap Marry yang segera kembali ke ruangan kerjanya


“Baik tante”Ucap Dara dan Chika serentak.


— — —


       Saat itu tangis ku pecah ketika Chika mengetuk pintu kamar ku, sontak aku segera menghapus air mataku, meletakan foto tersebut dan membukakan pintu untuk mereka. Setelah pintu terbuka Chika yang melihat raut wajah ku yang seperti habis bersedih langsung memeluk ku dengan erat. 

“Beberapa hari lagi kamu sudah akan pergi, jangan sedih dan jangan memikirkan nya”.Ucap Chika yang mulai menangis. 

       Sementara itu Dara masuk ke kamar ku dan melihat sekeliling. Ketika ia lihat foto disamping buku diary ku dia seperti membatu beberapa detik. Dan kemudian mengambil foto tersebut dan mulai meneteskan air mata. 


— — — 


      Awal pertemuan kami dimulai pada 17 Agustus, saat itu kami membentuk tim untuk mengikuti lomba kesukaanku, tarik tambang. Waktu itu aku ingin bermain tarik tambang tetapi semua tim sudah full. Lalu aku menangis kencang sekali, bu Nadia yang adalah guru TK berusaha menenangkan ku. Namun aku tak kunjung berhenti menangis. Saat itu anak perempuan yang bernama Dara, ia datang bersama seorang anak perempuan di belakangnya yang bernama Chika. Dara menghampiri ku dan memegang tanganku. Dara mengatakan kalau dia kekurangan orang untuk bermain tarik tambang. Akhirnya aku berhenti menangis dan menghapus air mataku.

      Tim tersebut beranggotakan Dara, aku dan Chika. Chika merupakan anak yang sangat pemalu sehingga dia selalu bersama Dara dan tidak memiliki teman lain. Sedangkan Dara memiliki sikap berani, percaya diri dan dewasa. Dia seperti sosok kakak yang melindungi kami bertiga, aku, Chika dan…


        Saat itu kami masih kekurangan satu orang lagi. Karena jumlah satu kelompok harus beranggotakan empat orang. Tanpa diduga-duga seorang anak tuna wicara menghampiri kami. Anak itu menunjuk-nunjuk dirinya sambil memperagakan gerakan yang seakan-akan sedang menarik tali tambang. Melihatnya membuatku tertawa. Dara yang melihat sikapku yang tidak sopan itu langsung menutup mulutku. Dara segera meminta maaf kepada Bevi. Ya, nama anak tuna wicara itu adalah Bevi, orang ketiga yang dilindungi Dara. Singkatnya kami menang walau tidak mendapat juara satu, melainkan juara dua. Meski begitu, aku sangat senang sampai-sampai aku berteriak kegirangan, sedangkan Dara, Chika dan Bevi hanya tertawa dan tersenyum melihat sikapku.


— — —

  

        Seketika ruang kamar menjadi sunyi, hanya tangis sendu yang terdengar. 


Sudah lama aku tidak melihatnya”. Ucap Dara yang kini perasaan hatinya seperti awan mendung. 


       Chika berhenti memeluk Adel dan berjalan ke arah Dara. Melihat ekspresi Dara, Chika langsung melihat foto yang sedang dipegang oleh Dara. Awalnya, Chika berfikir saat melihat Adel bersedih tadi karena kepergian nya ke luar negeri dalam beberapa hari lagi ternyata karena foto tersebut. Foto mereka berempat di bawah rumah pohon sekitar 10 tahun lalu. Chika merasa harus menghibur dua sahabatnya. 


Wah, foto 10 tahun lalu tapi masih bagus, pasti kamu jaga dengan baik. Oh iya kalian ingat box mini itu?” Ucap Chika dengan semangat dan juga kebetulan teringat tentang harapan yang mereka tulis di kertas dan disimpan dalam box mini.




  “Tadi aku juga teringat box itu”. Ucap Adel yang mulai tersenyum dan melihat kedua sahabatnya.


    “Waduh, udah-udah jangan pada sedih masih pagi loh. Yuk kita cepat bantu packing barang-barangnya Adel. Kalau sudah selesai kita ke rumah pohon itu, gimana?”.Ucap Dara yang tengah menghapus air matanya dan menaruh foto yang dia pegang tadi.


Chika dan Adel pun tersenyum dan mengangguk pertanda setuju pada ucapan Dara.


— — — 


Aku gamau sekolah kalau gak sama Bevi, Dara dan Chika”. Ucap ku yang kesal pada ibu.


Sayang, sekolah ini lebih bagus dari sekolah sahabat-sahabatmu. Lagi pula kamu juga pasti akan memiliki teman yang derajatnya sama kayak kamu. Fasilitasnya juga keren, ini bagus untukmu”. Jawab ibu yang mencoba menyakin kan ku pada saat itu. 


Tapi ga semua yang menurut ibu baik, baik juga buat aku”. Ujar ku yang mulai menangis dan langsung berlari menuju kamar. 


      Saat itu aku menyadari bahwa ucapan ku salah, ucapan ku mungkin melukai hatinya. Namun ibuku tidak begitu mengerti aku. Yang ia pedulikan hanya pekerjaannya, uang dan nama baiknya. Walaupun ayah dan ibuku seorang pengusaha tetapi mereka berbeda. Ayah selalu ada saat aku membutuhkannya sedangkan ibu selalu lebih mementingkan pekerjaannya.


     Ibuku lahir dari keluarga pengusaha yang cukup terkenal. Ia juga merupakan anak semata wayang. Itulah yang membuatnya ia dididik ketat saat kecil, agar tumbuh menjadi sosok pemimpin yang kelak bisa meneruskan usaha keluarga suatu hari nanti. 


     Disisi lain, ayah yang mengerti apa yang aku rasakan, mencoba merubah pikiran ibu yang berniat menyekolahkan ku ke SMP yang bisa dibilang cukup bergengsi. Karena aku dan ayah tau yang ibuku inginkan bukanlah ilmu yang akan aku dapatkan, tetapi agar nama baiknya tetap terjaga. Meskipun membujuk ibu bisa dibilang cukup sulit. Namun akhirnya ayahku berhasil membujuk ibuku dan masa-masa SMP ku berjalan mulus sampai suatu ketika…


— — — 

  Saat itu sekitar jam 02.28 setelah selesai mempacking barang-barangku dan makan siang kami pergi ke rumah pohon 10 tahun lalu. Ketika tiba disana, rumah pohon itu sudah tidak ada. Kemungkinan dibongkar karena sudah tua dan rapuh. 


   “Disini! Aku ingat aku menguburnya disini”. Ucap Chika sambil menunjuk-nunjuk ke arah tanah, yang ditandai dengan tongkat pendek yang diikat oleh pita merah yang sekarang menjadi coklat.


    Segera kami menggali tanah tersebut menggunakan kayu. Terlihat box mini merah mudah yang kotor. Kami Pun langsung membukanya, mengambil kertas kami masing-masing dan membacakan isinya dengan penuh tawa dan senyum.


   “Disini tertulis aku menyukai kakak kelas yang bernama Devan, tetapi dia sudah memiliki pacar saat itu hahaha. Aku juga menulis ingin menjadi pe.. Perawat. Duh…tulisanku jelek ya dulu hahaha” Ucap Chika yang membaca kertas berwarna ungu pastel.


    Mendengarnya membuat aku dan Dara tertawa dan menggoda nya karena sebelumnya dia tidak pernah menceritakan tentang dia pernah menyukai kakak kelas yang bernama Devan. 

Selanjutnya Dara yang membacakan isi suratnya yang tertulis di kertas warna hijau pastel.


   “Aku baca yang aku tulis ya”. Ucap Dara yang sedang ketawa kecil.


    “Untuk Dara yang sudah besar. Jangan jadi anak yang cengeng, harus selalu baik sama teman. Kamu harus bisa memukul   siapapun yang mengganggu Adel, Bevi dan Chika. Tidak usah menjadi anak yang pintar. Cukup menjadi anak yang kuat. Tamat”. Sambung dara sambil tertawa terbahak-bahak.


    Mendengarnya aku dan Chika saat itu juga ikut tertawa. Karena kami tidak pernah menyangka Dara yang dulu seperti tidak peduli kepada kami, ternyata sangat menyayangi kami. Selanjutnya aku pun membacakan isi dari yang sudah aku tulis di kertas biru pastel.


    “Aku mau jadi penyanyi, mau jadi ballerina, mau jadi artis, aku mau jadi semuanya. Tapi aku lebih mau bermain bersama ibu…”. Ucapku yang saat itu berhenti karena menurutku tak perlu aku sambung. Namun melihat ekspresi sahabatku yang seperti menunggu kelanjutan, akhirnya aku lanjutkan. 


    “Intinya disini tertulis aku mau menghabiskan waktu dengan ibuku dan menghabiskan waktu bermain dengan kalian”. Lanjutku sambil senyum.


Mereka pun mengerti bahwa ibuku pasti sibuk dan tidak memiliki waktu denganku. Namun masih ada kertas berwarna kuning muda milik Bevi yang membuat kami penasaran.


     “Biar aku saja yang baca”. Tawar Chika.


    “Aku punya banyak harapan, ada m pertama aku mau bisa berbicara dengan normal seperti kalian…”. Seketika Chika berhenti membaca karena tidak sanggup membacanya.


     “Aku saja yang baca”. Ujar Dara yang mengambil kertas tersebut dari Chika. 


     “Oke lanjut ya.. Kedua, aku tidak mau sakit alz.. Apa ya aku lupa namanya. Oh iya alzheimer, aku tidak ingin melupakan sahabat-sahabatku yang sangat aku sayangi dan kedua ibuku..” ucap Dara yang membuat kami bingung seketika. Namun, dia pun lanjut membacakan nya. 


      “Ketiga aku juga mau bisa bernyanyi dengan keras, tertawa bahkan memanggil nama teman-temanku. Keempat aku mau menjadi Dokter. Aku mau membantu orang-orang yang sakit agar sembuh. aku tahu mereka pasti sedih karena sakit. Terakhir aku mau bertemu mama Merry, mau memeluknya. Karena kata mama yang tinggal sama aku sekarang… dia bukan mama kandung ku. Katanya mama Merry itu ibu kandung ku dan Adel adalah anak kandung mama yang tinggal sama aku, mama Lili. Kata mama Lili, mama Merry tau aku lahir bisu jadi ditukar sama Adel. Karena suatu hal akhirnya mama Lili tidak marah ketika aku dan Adel ditukar. Aku kaget tapi senang karena bisa mengetahui ini. Katanya, mama Lili memberi tahu aku hal ini karena aku mengidap penyakit Alzheimer dia bilang pasti aku akan lupa. Karena aku akan lupa aku tulis disini. Tapi yang paling aku harapkan adalah menjadi dokter dan aku mau membantu semua orang yang sakit. Aku juga mau hidup lebih lama…Aku tau aku cuma bisa hidup beberapa tahun lagi, kata mama Lili aku akan berpisah dengan mama Lili dan para sahabatku karena penyakit ini. Keinginanku yang paling terakhir, aku ingin kalian menjaga mama Lili”. Setelah membaca isi tulisan Bevi membuat kami meneteskan air mata. 


— — —


      Awalnya aku shock mendengar rahasia yang ternyata baru aku ketahui. Aku tak percaya dan saat itu langsung pulang dan menanyakannya kepada ibu Merry. Setelah perdebatan yang panjang akhirnya perkataan Bevi benar.


      Kami juga sempat berpikir dia anak yang ceroboh karena selalu melupakan sesuatu dengan cepat. Namun, ternyata hal itu karena dia menderita penyakit yang bisa membuatnya lupa ingatan. Hati kami teriris-iris, seperti ingin mengulang masa lalu. Kami memiliki banyak penyesalan yang ingin kami perbaiki, namun waktu bukan sebuah roda yang bisa dengan mudah kita guling kan ke depan dan belakang sesuka hati. 


— — — 


     Kenangan yang begitu melekat di hati dan pikiran ku menjadikannya sosok inspirasi bagiku. Kepergian nya sempat mengguncangkan ku dan beberapa orang lainnya. Rahasia yang saat itu baru aku dengar dari kertas harapannya, sempat membuatku bercampur aduk. Kesal, pedih, marah, senang tak bisa ku gambarkan menjadi satu…


     Meski dia tidak bisa mencapai cita-citanya secara langsung, namun sudah terwujud kan dari aku yang saat ini sudah menjadi dokter. Selain itu, aku juga sudah mewujudkan keinginannya yang lain. Yaitu menjaga ibu yang mengurusnya dari kecil, atau bisa dibilang ibu kandung ku yang sekarang. Aku juga sangat berterima kasih padanya karena, tanpa dia aku mungkin tidak mengetahui rahasia tersebut dan tidak menjadi seperti sekarang. Karena awalnya ibu Merry menyuruh ku melanjutkan usahanya, pada hal aku tak menginginkannya sama sekali. Karena aku takut itu akan membuatku menjadi seperti beliau. Aku tidak menginginkan hal tersebut.



calendar
27 Apr 2022 09:34
view
73
idle liked
2 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
close
instagram
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
close
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh:
example ig