Kutipan Cerpen
PEJUANG SANG PEJUANG
Karya
aisyahaminyu
Baca selengkapnya di
Penakota.id
“Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?”.
Berbicara mengenai perjuangan menghafal Al-Qur’an mengingatkanku pada 13 tahun silam, yang mana pada tahun itu adalah sebuah perjuanganku yang tidak akan pernah kulupakan. Kerena pada tahun itulah aku banyak belajar hal yang belum tentu orang lain bisa mendapatkan kesempatan emas ini.
Perjuangan dalam menghafal Al-Qur’an setiap orang berbeda, kerena semua itu tergantung pada kuatnya ingatan pada masing-masing setiap otak yang Allah SWT ciptakan. Tetapi yang perlu dicatat bagi penghafal Al-Qur’an, bahwa Allah SWT tidak melihat dari hasil apa yang kita dapatkan, akan tetapi dari perjuangan yang kita lalui.
Perjalananku menghafal Al-Qur’an tidak semudah yang aku fikirkan, apalagi ketika aku dihadapkan oleh rasa minder terhadap adikku sendiri. Kerena pada waktu itu aku mengikuti keinganan kedua orang tuaku untuk mondok bersama adikku yang masih kecil. Tetapi disinilah aku belajar rasa tanggung jawab, tidak hanya tanggung jawab dalam menghafal Al-Qur’an, tetapi juga tangung jawab dalam memberi contoh yang baik terhadap adikku, apalagi jarak umurku dan adikku sangat jauh.
Awal aku menghafal Al-Qur’an itu semua bukan keinginanku sendiri melainkan atas keinginan orang tua, orang tuaku ingin sekali aku menghafal Al-Qur’an sejak usia dini. Mungkin disinilah awal aku merasa tidak mudah dalam menghafal Al-Qur’an. Ia, itulah, karena niatku!!! Sehingga disinilah aku butuh perjuangan yang extra sampai aku menemukan jawaban, bahwa apa yang kita jalani akan sesuai dengan niat kita masing-masing. Semua hal yang kita niatkan karena Allah SWT maka semua itu akan terasa mudah.
Hari demi hari kulewati di Pesantren dimana tempat aku mengawali perjuanganku. Di snilah aku menemukan banyak keunikan dan perbedaan dalam berjuang menghafalkan Al-Qur’an, mulai dari yang mudah dalam menghafal hingga yang sulit. Masya Allahnya yang termasuk golongan mudah mereka santai, bahkan mereka tidur, bangun-bangun sudah hafal. Sedangkan yang sulit, mereka kadangkala tidak tidur, jangankan tidur, tidak tidur pun belum hafal-hafal. Dan aku merupakan orang yang tergolong sulit dalam menghafal, tetapi aku senang kerena dapat merasakan dua-duanya, sehingga aku bisa menghargai dan memahami satu sama lain, baik orang yang tergolong mudah dan orang yang tergolong sulit, apalagi ketika itu aku harus berhadapan dengan adikku yang tergolong mudah dalam menghafal. Tetapi hal itu tidak menyurutkan semangat dan perjuanganku untuk terus berusaha menyelesaikan hafalan, karena yang perlu ada dalam diriku adalah tekad, istiqomah dan tekun.
Aku dulu bahkan sering tertinggal di antara teman satu angkatanku, bahkan hari-hariku kuisi dengan tangisan mengingat perjuanganku ini. Aku sering mengeluh, kerena aku sangat berbeda dengan teman-teman yang lain terlebih dengan adikku. Tetapi orang tuaku dan juga teman-temanku selalu memberiku semangat. Bahwa semua itu akan indah pada waktunya, dan perjuanganku tidak akan sia-sia.
Hari demi hari aku terus berusaha untuk memperbaiki diri mulai dari niat yang awalnya hanya mengikuti keinginan orang tua, hingga niat itu ada dalam diriku. Tidak hanya itu dari situ juga aku belajar dalam membagi waktu dan aku bertekat untuk tidak melanggar peraturan pesantren. Aku berbeda dengan yang lain, bahkan semua santri di Pesantren mengenaliku, karena perbedaanku dan kelakuanku.
Di Pesantren aku sempat di juliki orang “aneh”, kerena hampir setiap hari aku tidak mengenal namanya “Tidur dan Makan”, Gimana tidak…? Tidurku hanya dari jam sembilan malam hingga jam dua belas malam, sisanya ku gunakan untuk menghafal, makan pun aku jarang, kadangkala aku puasa bukanya dengan kopi sahurnya pun dengan kopi (sehari bisa 3-5 kopi, hehehe). Sampai temanku menasehati agar jangan banyak-banyak minum kopi, tetapi aku tetap keras minum kopi, karena aku tidak ingin ketiduran. Waktu itu aku tidak memikirkan hal-hal yang dapat membahayakan kesehatanku, yang penting aku tidak tidur dan bisa menyelesaikan hafalanku.
Karena julukan itu “aneh” hampir semua teman-teman jika waktu malam tiba, selalu meminta aku membangunkan mereka. Tidak hanya itu, setiap habis sholat ketika waktu dzkir dan sebelum belajar tidak ada aku, pesantren terasa sepi, kerena suaraku selalu menjelma (hehehe), Tetapi semua itu aku lakukan bukan karena ingin dikenal, akan tetapi karena aku merasa berbeda dengan yang lain dan aku tahu kelemahanku, sehingga aku harus bisa memaksimalkan waktuku dan aku harus memberi contoh yang terhadap adikku. Kerana aku yakin bahwa setiap usaha yang kita lakukan akan membuahkan hasil.
Tetapi dengan keseharianku itu tidak lantas membuatku mudah dalam menghafal, tetapi disini aku terus merasa minder dan malu, apalagi ketika semua rata-rata teman satu angkatanku mau ujian 30 juz, tak terkecuali adikku, rasa minder dan malu rasanya sudah menghantuiku. Alhamdulillahnya aku mempunyai adek dan juga teman-teman yang begitu mengerti kemampuanku, aku ingat betul perkataan mereka.
“Mbak, Allah itu melihat usaha bukan hasil yang kita capai, aku yaqin mbak kelak akan merasakan hasil atas usaha mbak”, kata adikku.
“Dik, kamu itu adalah inspirasiku, aku bisa selesai duluan karena aku mencontoh usahamu yang begitu membara pada dirimu. Aku justru merasa malu padamu dek, kerena seharusnya kamulah yang pantas”, Seru seorang teman.
Aku ingat nasehat guruku, ketika itu aku menyetorkan hafalanku.
“Kamu yang bersaudara itu ia???”, Tanya guruku.
“ia saya kakaknya” jawabku dengan nada malu.
“Lho, kok banyakan adiknya???, tapi kamu yang sabar dan teruslah berusaha, karena Allah SWT melihat usahamu bukan hasilmu”. Nasehat guruku.
Sehingga nasehat dan motivasi itu yang selalu membawaku agar aku tidak selalu jatuh dalam rasa minder dan malu.
Alhamdulillah dengan usahaku itu pada ujung tahun 2009 aku dapat menyelsaikan hafalanku, dan pada tahun 2010 aku dan adikku dapat melaksanakan wisuda bersama-bersama. Meskipun perjuangan kita berbeda, tetapi Allah SWT ingin kita agar selalu bersama masuk pesantren bersama, maka keluarpun harus bersama.
Meskipun perjuangan yang aku lalui berlipat-lipat, tetapi hal yang pasti tidak akan aku lupakan yaitu, prosesnya dan perjuangannya. Aku sangat bersyukur dapat menghadapi lika-liku dalam menghafalkan Al-Qur’an, karena dengan perjuangan ini aku dapat merasakan manisnya dalam menghafal Al-Qur’an, dan aku dapat mengerti ketika kelak dihadapkan kepada orang yang sulit menghafal, sehingga aku dapat memotivasi dan menghargai. Karena tidak semua orang dapat mengenali kemampuan kita, kecuali orang yang pernah merasakannya.
Maka jangan berkecil hatilah bagi siapa yang merasa sulit dalam menghadapi kehidupan, terlebih dalam menghafal Al-Qur’an kerena menghafal Al-Qur’an adalah suatu hal yang sangat mulia, sekali berniat dan terus berusaha maka akan selalu ada jalan untuk menyelesaikannya. Jangan pernah putus asa selama proses dan perjuangan panjang dalam menghafalkan Al-Qur’an, selama kita terus berusaha dan tidak pernah bosan dalam menyelesaikannya insya Allah pada akhirnya akan dapat menuntaskan perjuangan tersebut hingga nanti akan berbuah manis yang tidak kita sangka-sangka.
By:
Aisyah
Unduh teks untuk IG story