oranment
play icon
Monolog Carkala : Tanah Tak Dikasihi
Cerpen
Kutipan Cerpen Monolog Carkala : Tanah Tak Dikasihi
Karya aksaraloka
Baca selengkapnya di Penakota.id

Hilang lagi!?

Hilang lagi dia oh ya tuhan....

Yah, sudah tiga kali panen kami diambil secara paksa.

Dan hari ini, ketika aku hendak pergi ke sawah, lagi-lagi panen kami raib entah kemana.

Digudang tentu saja! Tapi entah bagaimana para serdadu yang keparat itu berhasil mendapatkannya, memberi pada bupati lalu bersikap seolah tak ada kejahatan yang mereka perbuat.

Melawan? Oh, aku bukan tidak berani teman, tapi setiap aku hendak berniat melakukan perlawanan, aku selalu terbayang bagaimana Darsin jatuh ke tenah dengan wajah ngeri setelah timah panas menembus punggung, menuju jantung. Ia tewas.

Argh! pagi-pagi aku sudah mencak-mencak begini rupa

Pagi lantas saja kuambil caping, kupanggul cangkul lalu bertolak pergi dari rumah, entah kemana.

Apa aku dibayar? Tentu tidak! tidak sobat, aku tidak diupah, tak ada setetespun keringatku yang dihargai sekeping koin.

Itulah kenapa aku sering berpikir, tempat ini adalah tanah yang tidak dikasihi,

Kerbau dirampas, hasil bumi diambil, pemuda dipekerjakan dengan paksa, perempuan dilecehi, yang melawan dihilangkan.


Namaku Carkala, aku sudah 23 tahun hidup. Dan kenapa aku ada disini?

Awalnya, ayahku sudah meninggal dan ibuku menjanda, jangan tanya ia meninggal kenapa, kabur dari desa adalah hal yang berbahaya, itu saja.

Aku selalu mendambakan datangnya sesosok malaikat penyelamat yang kelak akan membebaskan kami dari belenggu derita yang melilit ini.

Karena itu tak kunjung tiba, maka aku memberanikan diri sebagai pahlawan bagi kaum ku, setidaknya didesa ini, aku akan memperjuangkan keadilan!

Ya! aku lalu menghampiri pengawas sawah, orang berseragam yang diperintah untuk mengawasi pekerja. Aku berbicara mengenai kebijakan atasan yang menurutku sewenang-wenang, dan tahu terima kasih!. apa tanggapan dia?

"Kalian semua sudah berbuat sebuah kesalahan sejak awal."

"Kesalahan apa?"

"Kau tak perlu tahu, ini bagian dari hukuman, jalani saja."

Lalu kupukul saja dia! Dua hantaman mendarat diwajahnya yang menjengkelkan itu, orang-orang meleraiku, namun aku berujung pada hukuman.

Ya, lihat dilenganku, memar ini bukan karena perkelahian itu, ini karena hukuman yang kuterima.

Aku dihukum, dia dirawat.

Apa aku selesai? Belum, aku belum selesai dengan ini

Tapi aku sedikit menarik rem,

Aku hanya membela kaumku yang sudah jelas tertindas, tidak asal tuduh tanpa bukti, itu kutahu salah.


Dan tadi, aku diburu serdadu pemerintah. Mereka tidak salam ketika masuk desa, melainkan dengan rentetan peluru yang terbang kemana-mana menghujam desa. Sambil berteriak mereka menyumpah orang-orang dan mencariku.

"Dimana yang namanya Carkala!!! Beritahu dimana dia! Atau semua dari kalian akan mati hari ini!"

Tidak ada yang bicara. Tentu saja aku sembunyi, tidak! aku tidak sembunyi, aku bahkan belum sampai kesana ketika para jahanam itu tiba dan bertindak begitu. Aku mengamati dari jauh.

Semua masih diam.

"Dimana dia!!" DOR! Satu kepada warga tertembus peluru lalu terjatuh dan tewas seketika.

Dor! satu lagi,

satu lagi,

dan satu lagi,

Semua orang masih diam. Aku..... aku yang dicari hanya diam terpaku. Cangkul kujatuhkan, caping kulepaskan.

"Dimana..." oh tidak sekarang mereka membidik seorang perempuan,

"Aku disini!" sesaat sebelum pelatuk ditekan, pistol menyalak, dan kepala perempuan itu tertembus, aku telah muncul kehadapan mereka.

"Aku kira kau tidak akan berani memunculkan mukamu, bajingan."

"Tidak, inilah aku, kini apa yang kalian mau?"

"Kau akan menjadi tulang belulang tak berguna.Mayatmu tidak akan berharga, tapi itulah yang dimau pemerintah kepadamu."

Pistol diarahkan padaku

Aku berlari sekuat tenaga, niatku adalah menjauhi mereka dari desa. Satu peluru menembus kaki kiriku tapi tidak kepedulikan, aku terus berlari.


Dan disinilah aku. Ini dirumahku. Gubuk kecil ini. Berawal dari ayahku yang dibunuh, penduduk yang ditindas, hingga hasil panen yang dirampas begitu saja, aku sampai disini.

Sejenak kupikirkan semua perjuanganku.

Sejenak kupikirkan empat orang tak berdosa yang tewas tadi.

Dan aku bersumpah, tanah tak dikasihi ini kelak akan menjadi makmur! merdeka dan dilingkupi kesejahteraan.

Aku bersumpah, walau mati hari ini, tapi cita-citaku terus hidup tak pernah mati,

Walau menjadi tulang belulang, semangatku akan terus berjuang.

Aku bersumpah!


Itu dia mereka, kini kuucapkan selamat tinggal pada dunia.

Perjuanganku sampai disini.


calendar
23 Jan 2021 14:03
view
98
idle liked
3 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
close
instagram
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
close
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh:
example ig