Seolah-olah kita pernah seruang
sewaktu
Aku dan tubuhku
berbaring di sana
Di ranjang dari kayu sisa membakar hari-hari malang
Sepasang mata membenam saat matahari mulai padam adalah kecupan paling beringas yang menggantikan ucapan selamat malam,
Sebab bahasa telah menjelma ibu yang bisu
Atau barangkali banyak kebisuan yang terlewat selain bahasa?
O, aku lupa
Yang terbakar hari itu adalah diriku
Dan yang tetap terkapar di sana adalah puisi
Lalu di tubuh mana engkau sembunyi?
Adakah seseorang sedia mengantarmu menyaksikan matahari setiap pagi
Atau lagi-lagi engkau hanya mendapati puisi
yang masih meringkuk
Memeluk tubuh di kamar;
dalam sebuah kotak waktu yang sepi.
Bogor,
9 Mei, 2023