Di bawah ini adalah percakapan—yang bagi saya adalah ilusi—di halaman 107 antara kamu dan Clevie atau sebaliknya.
“… Jadi, aku Clevie tokoh yang kamu ciptakan dalam novelmu—dan kamu adalah kamu, tokoh yang Clevie ciptakan dalam novelnya.”
“Omong kosong!”
“Hidup ini memang omong kosong.”
***
Saya dan mungkin kita semua mengenal si pengarang, Faisal Oddang, sebagai manusia lokalitas garis besar. Lokalitas yang diusungnya terbilang “baru” yaitu mengenai tradisi Sulawesi dan kompleksitasnya. Sebut saja Tiba Sebelum Berangkat yang mengangkat masalah bissu dalam konteks sejarah atau Puya ke Puya dengan tradisi rambu solonya. Kali ini, di novel dengan sampul indomie yang menggugah selera ini, lokalitas keindonesiaannya—dalam bentuk indomie tentu saja—tetap diusungnya.
Digiring untuk Percaya
Selama saya menjalani proses membaca fiksi yang satu ini, saya benar-benar merasa Faisal Oddang sedang dirasuki kepandaian seorang Budi Darma. Khususnya, dalam novel Olenka. Sebagai tambahan, Budi Darma telah banyak mengangkat tema-tema yang luput dari perhatian kita sebagai manusia. Lewat karakteristiknya yang penuh keabsurdan, Budi Darma mampu meyakinkan kita bahwasanya manusia adalah konsep paling aneh. Manusia bisa menjadi buruk dan baik sekaligus. Manusia juga mampu logis dan gila sekaligus.
Kemudian, lewat Raymond Carver Terkubur Mi Instan di Iowa, Faisal Oddang mendorong kita agar percaya bahwa orang yang—dikira—mati bisa mengaduk-aduk takdir hidup orang lainnya. Hidup si pengarang yang memang sudah abstrak menjadi semakin tidak keruan ketika ia diminta untuk membunuh Raymond Carver. Selama mereka saling kenal, si pengarang banyak tahu rahasia besar tokoh Raymond Carver—yang diketahui sebagai salah seorang pengarang juga.
Si pengarang sendiri juga dikisahkan tengah menulis cerita yang kebanyakan mandek. Di dalam cerita tersebut, si pengarang menulis tentang pengarang—juga—yang hidupnya tak beda jauh dari hidupnya yang mengalami kemandekan. Pada akhirnya, siapa yang menulis siapa tidaklah penting. Sebab, sekarang ini, Raymond Carver malah terkubur mi instan di bak mandinya sendiri!
Lagi, lagi saya dibuat percaya bahwa tidak peduli itu fiksi atau bukan, cerita harus tetap diakhiri dengan tidak alur yang tidak diduga-duga.
***
Saya tidak pernah mengira bahwa Faisal Oddang bisa meramu cerita absurd macam ini. Kabarnya, ia hanya menulis ini selama 3 bulan lamanya ketika sedang menjadi International Writing Program di Iowa. Hotel tempatnya menginap adalah hotel yang juga ditempati oleh Raymond Carver puluhan tahun lalu. Mungkin, inilah salah satu ilham yang ia dapatkan, mungkin.
Selamat menikmati sendiri bagaimana Faisal Oddang membuat kalian semakin absurd!