Sebulan di masa itu
Aku bersandar ditepian ruang pengap
Lelaki renta itu mendekat bak menghitung jejak
Sangat pelan, dengan riuh udara yang tersenggal karena usia
Sebulan di masa itu
Mataku nanar meringis pilu
Terdiam, bak membusuk dijajah kelu
Ah, lelaki senjaku masih meraba jejak itu
Sekarang, diamku yang sebenar-benarnya diam,
Sekarang, sepiku yang sebenar-benarnya sepi,
Disaat dia pergi dengan usianya yang usai
Membuatku rindu, sebenar-benarnya rindu...
Tuhan, bisakah aku meminjam hangatnya doa dari dia yang pergi?
Bisakah jari-jariku menggenggam kriputnya yang menawan?
Bisakah aku melegakan setiap nafasnya yang tersenggal?
Tuhan, bisakah?...