Ia melepaskan sepatu
sebuah rak kecil berderak.
Deretan foto di dinding tampak
semarak terpapar lampu neon di plafon.
Ia melangkah pelan, seolah menghindari
jebakan yang akan membuatnya terjengkang,
seolah ia bukanlah tuan rumah
yang akrab dengan denah juga perabotnya.
Ia pun duduk
sebuah sofa beludru warna ungu
memberikan pangkuan seorang ibu.
"Halo, aku pulang!" seraya berharap ada
yang menjawabnya walau sekadar kenangan.
Di luar jendela besar, kembang api memijar
memberikan tafsir lain atas pudarnya harapan.
Lalu tepat ketika sepi kehilangan taji dan
ujung selotip di sekujur toples tak ketemu,
ia dan Lebaran saling memaafkan.
(dusunmaja, 2019)