Ia tundukkan kepala
Ke nyala tiga batang dupa
Tanda sahaja pada takdir
Yang tahir dan sederhana
Doa
Semerbak cendana di udara
Menyaput duka
Ia masih menunduk, haru
Juga rindu, gemetar dalam lirih suara
Gadis kecil di potret tua
Tersenyum
Tatapannya melebihi cahaya lilin
Memurnikan silam yang merah
Dan terluka
Ia bungkukkan tubuh
Persis seorang bapak
Hendak menggendong anaknya
Tiga batang dupa telah sirna
Namun, harum yang terhirup
Dan tersimpan di dada
Menjadi berkat seorang sadhu
Yang tak sempat berduka
Segala yang berwatak nestapa
Ia seret pelan-pelan ke belakang
Dalam langkahnya
Sembari terus membungkuk
(sorowajan, 2019)