Teruntuk kamu yang kutemui empat tahun lalu. Kalimat ini tertulis setelah aku mengunjungi kota milik semua insan setelah tak bersua beberapa purnama. Aku tak punya banyak cerita tentangmu, hanya beberapa obrolan singkat yang tak ku lupa. Aku hanyalah anak sekolah yang sedang menikmati tujuh belas ku katanya kala itu. Sedang ia si serius dengan segala geriknya. Mungkin waktu tak mengizinkanku merangkai cerita lebih banyak saat menemuimu. "Sekolah dulu yang bener" kalimat yang terucap olehmu sebelum akhirnya tak ada perjumpaan lagi. Sekarang mungkin usiamu sudah dua puluh lima atau entah berapa aku tak tahu pasti. Tahun ke tahun berlalu tak pernah lagi sekalipun bertemu. "Bisa tidak ya kita bertemu", "hei, aku sudah bukan anak sma lagi, sudah mau skripsi", "apakabar dirimu" kalimat sederhana yang selalu ingin aku ucapkan bila dapat menjumpaimu lagi, si misterius. Yang kutahu kamu masih berdiri di kota kebanggaanmu, Jogjakarta. Terimakasih atas perkenalan singkatnya, menjadi bagian singkat dari Jogjakarta. Semoga dapat menjumpaimu lagi, RA.