lumpuh
(mihrab rindu)
Tahukah engkau...
Gemuruh rindu yang kami tuangkan dalam sebuah pena
Sering bersetubuh dengan laranya aksara pada baris-baris harmoni
sebagai wakil yang nyatanya tiada lengkap
Yang kini hanya mampu menyusun kembali serakan serpihan-serpihan gelora itu
Basah dengan air mata yang paling lara,
Memecah lolongan panjang malam
dengan elegi paling durja, ia kian menggempur tanpa ampunan dan terus saja menghadang kami dalam tiap perjalanan
Tahukah engkau...
Bagaimana pedih redamnya itu
Saat kelumpuhan mulai hinggap di ujung kaki dan ubun ubun kami
Menusuk runcing ke dalam sanubari
Saat itu kami lali siapa diri
Semua nyata hanya kekasih kami
Bahkan hinaan seperti pujian yang terlambat
Karena khabar KEKASIH telah sampai kepada kami.