Capthers 2
Previous Chapter
Diana pun melanjutkan kegiatan sekolahnya seperti biasa mendapatkan sahabat barunya yaitu Shinta dan Mentari meskipun perbedaan diantara ketiganya berbeda namun mereka cepat akrab karena memiliki satu hobi yang sama yaitu kpop *author anak kpopers sih wkwk.
Namun tibalah dimana hari itu menjadi kesialan Diana seumur hidup.
.
.
"Memiliki sahabat yang saling peduli itu membuat segalanya lebih indah."
Kegiatan Mos sudag berakhir seminggu yang lalu. Semakin banyak yang mengenal Diana sejak ia dinobatkan sebagai ratu MOS.
Sekarang reputasinya menaik drastis yang awalnya tak ada yang mengenalnya satu pun, sekarang menjadi banyak yang ingin berteman dengannya.
Diana sekarang mempunya 2 sahabat yang baik. Mentari dan Shinta. Mereka bertiga bisa berteman karena memiliki satu hobi yang sama yaitu Kpop.
Sekarang persahabatan mereka pun semakin erat dan selalu diselingi dengan canda dan tawa, banyak yang menyukai mereka karena mereka termasuk famous di sekolahnya namun tidak ada yang sombong sekalipun.
Saat itu 2 sahabatnya tidak menyangka Diana bisa menjadi ratu MOS saat itu. Karena sifatnya yang garang, bersuara cempreng namun saat bernyanyi suaranya tak kalah bagus dengan penyanyi aslinya, dan ia terkesan lebih badgirl. Tapi itu hanya tampak luarnya saja. Diana yang sebernarnya adalah anak yang lembut, pintar, rendah hati, dan rajin.
3 serangkai ini pun memiliki karakter yang berbeda. Mentari yang pendiam dan terkesan paling kalem dari kedua sahabtnya pun tak kalah pintar dari Diana, orangnya pun baik dan tidak sombong itu juga yang membuatnya termasuk menjadi anak Famous di sekolahnya.
Tidak berdeda dari keduanya Shinta kurang lebihnya juga sama, Shinta memiliki suara cempreng dan bakat menari juga menjadikan dirinya menjadi anak yang eksis dan banyak yang mendekatinya.
Dari ketiganya Shinta lah yang paling peduli dan sayang pada sahabatnya. Dia akan marah dan tak segan-segan membuat perhitungan dengan siapa saja yang berani membuat masalah dengan sahabatnya.
Saat ini Diana sedang berada di kantin bersama kedua sahabat lainnya, Mentari dan Shinta. Mereka memilih tempat duduk di bagian pojok agar lebih nyaman dan tidak banyak anak-anak yang berlalu lalang.
"Eh Na,Shin lo mau pesen apa? Gue yang pesenenin deh mumpung gue lagi baik nih."
"Wih tumben lo baik Men biasanya ya ogah, paling-paling Diana yang pesen."
"Lo tuh, temennya lagi ada niatan baik juga malah sewot" Diana dan Shinta yang mendengar balasan Mentari pun langsung kompak membalas perkataan Mentari.
"Idih dasar! Baperan lo!" ketiganyapun sontak ketawa bersama, sampai sebelumnya Diana pamit untuk menjawab telphonnya yang terus bendering.
"Hallo Assalamu'ailkum Ma ada apa nelphone Diana?."
"..."
"Mama jangan bohong sama Diana, Mama dimana sekarang Diana susul Mama sekarang!" Setelah mendengar alamat yang diberikan Mamanya, Diana langsung pamit kepada kedua temannya dan langsung pergi menuju ruang BK untuk meminta ijin pulang terlebih dahulu karena ada masalah mendadak.
Diana yang tidak fokus dengan jalan terus menabrak teman-temannya yang lewat, Diana masa bodo dengan itu semua, karena sekarang ia hanya ingin segera bertemu dengan Mamanya dan meminta penjelasan akan kecelakaan Papanya. Namun saat ia sedang berlari, ia tak sengaja bertabrakan cukup keras dengan seorang laki-laki dan itu menghentikan langkah Diana.
"Lo gimana sih jalan aja ga becus!" elak Diana kepada laki-laki tersebut yang tak tahunya adalah Valdo.
"Eh lo Diana kan?, lonya aja yang ga punya mata nabrak-nabrak gue! Gara-gara lo minuman gue kebuang sia-sia kan!" Valdo yang gampang tersulut emosi akhirnya juga ikut membentak Diana.
"Kok gue sih, Lo tuh! Baju gue giama sekarang? Tanggung jawab lo, gue lagi buru-buru nih!" Diana yang tak mau kalah pun terus mengelak dan menyalahkan Valdo.
"Lo bawel juga kalo marah, berisik tau gak" Valdo yang sempat melihat kemarahan Diana pun langsung menggeretnya dan membawanya kesalah satu tempat.
"Eh lo mau bawa gue kemana? Lepas gak! Sakit ogeb, eh lo jangan macem-macem ama gue ya! Gue ga takut sama lo!" Diana yang sedari tadi memberontak pun tak kunjung terlepas dari cekalan tangan Valdo, karena kekuatan Valdo lebih besar Dibandingkan dengan Diana, namun Diana juga tak kalah dalam soal tenaga karena dirinya pernah mengikuti ekstra Taekwondo waktu SMP.
"Eh lo ngapain sih bawa gue ke kamar mandi? Jangan macem-macem lo!" Diana yang mulai parno pun hanya menyiapkan kuda-kudanya barang kali Valdo akan berbuat macam-macam Diana sudah bersiap untuk menghajarnya.
"Eh lo ngapain sih Na? Gue ga ada niatan ngapa-ngapin lo jugaan. Baju lo basah sorry" Valdo pun langsung melepas bajunya dan sempat membuat Diana melongo karena tak sengaja melihat tubuh Valdo yang hmm bisa di bilang roti sobek (?) damn it.
"Sekarang lo buruan masuk ganti baju lo, buat sementara pake baju gue aja, eits bukan berarti lo gue maafin, gue cuman kasihan sama lo, ntar banyak cowok yang liat daleman lo kan bahaya cukup gue aja yang tau and mana hp lo, cepetan."
Diana hanya bisa melongo karena ucapan Valdo, dan diana memberi tatapan mematikan kepada Valdo namun sayang yang di beri tatapan horor itu tidak merasa dan menunjukkan wajah tanpa dosa.
Akhirnya Diana memberikan hpnya dan segera masuk kedalam kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Selang beberapa menit akhirnya Diana keluar.
"Nih hp lo, gue tukeran nomer sama lo, eits tunggu dulu jangan baper gue minta tukeran no hp bukan buat pdktin elo, gue cuman mau kontak lo buat ngambil baju OSIS gue kerumah lo, btw nomer gue udah gue masukin di hp lo."
"Yeee! Sapa juga yang PD lo nya aja kali, gue mah nggak! Dasar cowok nyebelin lo, btw thanks bajunya" tetap dengan ketusnya Diana tetap akan menganggap ini semua belum berakhir.
"Oh iya, gue lupa, Gue Valdo Renandika Arthala, jaga-jaga aja barang kali lo lupa sama gue."
"Gue masih inget lo, lo kan yang dulu jadi raja MOS, gue Diana Revinka Putri Ramadhani" Diana yang teringat dengan Papanya menjadi panik lagi dan membuat Valdo dengan tingkah Diana yang seperti itu.
"Eh lo kenapa gitu ? lo gapapa kan ?" Valdo yang bingung dengan perubahan sikap Diana pun malah jadi salah tingkah sendiri dan kesannya kayak peduli banget sama Diana padahal mereka udah nunjukin bendera perang masing-masing.
"Papa gue kecelakan ogeb! Gue malah ngeladenin elo yang nyebelin, eh ? ngapain juga gue curhat ke elo, sono lo pergi! Idup lo bikin orang pusing aja !."
"Yeee, jadi cewek bawel amat sih, kesan goodgirl lo luntur dihadapan gue. You like a badgirl, dan tanpa lo suruh pun gue bakalan pergi. Cewek bawel."
"Kurang ajar lo ya ! udah lah bomat ama elo, wlee" disepanjang jalan menuju ruang Bk Diana terus menyumpahi Valdo sampai-sampai Diana tidak peduli dengan orang-orang yang memandangnya aneh karena memakai baju yang kebesaran.
Setelah mendapatkan ijin dari guru Bknya Diana segera menuju parkiran sekolahnya untuk mengambil motornya dan segera menuju ke alamat yang diberitahu oleh mamanya.
Tak butuh waktu lama untuk Diana sampai di Rumah Sakit tempat Papanya dirawat. Diana sempat bertanya kepada resepsionis dan langsung menuju kamar operasi yang ditunjukkan oleh salah satu perawat. Setelah sampai disana Diana segera memeluk Mamanya agar lebih tenang dan bisa menjelaskan tragedi kecelakaan Papanya.
"Ma, sebenarnya Papa kenapa? Gimana ceritanya sih Papa bisa kecelakaan? Gimana kondisi Papa sekarang Ma" Diana yang tak sabar ingin tahu segera melontarkan beberapa pertanyaan kepada Papanya, karena jujur Diana juga sangat khawatir dengan Papanya.
Diana segera mendengarkan penjelasan dari Mamanya sambil terus berdoa kepada Allah agar Papanya dilindungi dari segala macam musibah dan daapat berkumpul kembali dengan kami semua. Setelah Mama menjelaskan tragedi kecelakaan Papanya, tiba-tiba seorang dokter keluar dari Ruang operasi.
"Dok, gimana keadaan suami saya? Suami saya baik-baik saja kan dok?."
"Maaf bu, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun keadaan pasien masih sangat kritis dan sekarang pasien mengalami koma."
"Apa dok? Suami saya koma? Dokter jangan bohong ya!" karena kondisi mamanya yang panik Diana terus mencoba membuat mamanya tenang. Saat ini pun Diana juga benar-benar terguncang namun mamanya lebih penting daripada egonya sendiri.
"Saat ini pasien harus melakukan control, karena ada masalah pada syaraf di otaknya akibat benturan di kepala pasien. Kami akan mengontrol pasien setiap saat, ibu yang sabar ya" setelah memberikan kabar ini dokter itu pamit untuk masuk ke dalam ruang operasi lagi dan di sini tinggalah Mama Ratna dan Diana saja.