Ketika matahari terbit di pagi hari, sekelopak daun tumbuh pada ranting-pohon yang menjulang.

Ketika sinar matahari menerangi pencahayaan yang ada di bumi, beberapa kita tumbuh untuk kuat bertahan-berusaha untuk tabah dari patah.

Dahulu adalah aku yang menjaring hidup demi merasa hidup, menyulam hari demi hari, mempertaruhkan jiwa dan raga, mengasihi logika dan hati, memahami makna, dari mana kita akan menghentikan muara.

Setangkai ranting yang bercinta dengan pohon yang menjulang ke angkasa. Diam - diam memperlakukan kasih sayang tanpa banyak bicara. Begitulah kira - kira cara cinta tumbuh, dan lama - kelamaan timbul rasa saling menghargai terhadap sesama mereka yang dianggap penting dalam berperan.

Dalam pikiranku, menatap heran pada daun - daun yang berguguran, serta ranting - ranting yang patah berharap seperti tulang yang berharga.

Pandanganku begitu heran melihatnya, mengapa seusai bercinta, kau patahkan apa yang telah kau jaga. Sebab sudah tampak dan telah layu daun - daun yang berjatuhan, dan ranting pohon pun menyudahi pada setiap hubungan.

Dalam bisikan relung paling dalam; aku ingin hidup sekali lagi, memperbaiki semua ini.

menyayat garis - garis hitam

atas warna keemasan; di musim apa

Kita mesti berpisah tanpa

membungkukkan selamat jalan?

sewaktu cahaya tertoreh

ruang hening oleh bisik pisau; Dikau-kah

debu, bianglala itu

kabut diriku?

dan garis - garis tajam berulang

kembali, berulang

ditolakkan) atas latar keemasan

pertanda aku pun hamil. Kau-tinggalkan

"Cinta kadang memang kurang ajar, tapi bisa juga yang paling banyak dalam bersabar."

"Cinta kadang memang sedikit vulgar, tapi bisa juga yang paling handal dalam mengendalikan alam bawah sadar."

"Cinta itu kasih sayang, cukup jangan sampai buat orang meradang."