Saat kota merangkak, setiap
masa kecil terus enggan pulang
di belakangnya. Atau saling menanam
antara gesekan sepatu dan tanah
dan kepala, semua mengurai silang
antara tumbuh dan labuh
Beberapa selalu menjumput
nama hari. Juga air-air yang tumpah
di jalanan kelurahan, kantor kecamatan,
dan pegawai pemerintah kota.
Hanya pernik, di luar tunggu pernah.
Belum lagi perih mata depan layar
berisikan foto tertawa, berbarengan dengan
pelukan pertama atau cerita-cerita yang
biasa didongengkan kepada lumut
kamar mandi. Setiap satu yang menyempitkan
menjadi gambar, satu lainnya dibacakan
oleh seorang penyair, deklamasi
di dalam rel kereta yang ingin
menyelesaikan sengkarut yang terbit
di setiap mata angin.
Aroma kota memindahkan
isi kamarnya, kepada setiap
yang kosong, mengisi dan menumpahkan.
Dan manusia terberat-berat
menggendong apapun
di seluruh dirinya.
-Bhatarafana
2020