Masih saja manusia berkelakar,
jauh juga kita bertumpu pada akar
dan sebuah kesadaran satu dan lainnya
untuk makar atas mercusuar pengingat
waktu akan kita maju dan melaju.
Sekarang aku mencoba, selayak
pancaroba, menjadi sebuah kebaruan
dalam kebingungan; peta ketidaktahuan
dan tetap berjalan dalam pulau penuh
imbuhan dan pertanyaan.
Kerap merasionalisasikan emosi
selayak Al-Jabar, dan
tetap meresonansikan puisi
selayak Heisenberg.
Antara keduanya,
taut menyilang dan
takut menghilang.
Sekelebat tamu dan ribuan
waktu lalu, atau tengok
menabuh dawai dipetik,
masih juga tergelitik
mengingat dongeng itik,
buruk rupa, untuk apa.
-Bhatarafana
Okt '24