Merampok Tubuh
Cerpen
Kutipan Cerpen Merampok Tubuh
Karya bhatarafana
Baca selengkapnya di Penakota.id


Dingin. Telapak tangan, telapak kaki, tengkukku, semuanya begitu tersiksa digigit dingin. Teramat dingin. Persis seperti tubuh wanita yang terbujur kaku di hadapanku. Lantai menopang badannya yang telungkup. Rambut hitamnya yang lumayan panjang tergerai, seakan-akan tumpah menutupi seluruh kepalanya. Namun, luka itu jelas terlihat. Sebuah gumpalan di kepala belakangnya mulai didatangi satu-dua lalat. Darah yang menempel di kepalanya itu mengental dan mengenyal, berjalan menuju kering. Tangan kanannya tertindih badannya sendiri, dan tangan kirinya terbaring lemas.

           Dalam balutan daster pendek berwarna merah muda berbahan licin tanpa lengan yang bagian sekitar dadanya mulai merah pekat akibat darah, perempuan ini memenuhi ruang makan. Bukan, bukan badannya yang terlampau besar atau ruang makannya yang terlampau kecil, melainkan suasana sesak di dada yang menciptakan pengecilan ruang dalam pikiranku.

           Sialan, mengapa kencang sekali aku memukulnya! Tidak, aku tidak mau jadi pembunuh. Cukuplah dengan merampok. Dosaku sudah mengantri pasti, dan ditambah ini! Ah, andai dahulu aku tidak kena PHK massal dari pabrik semen tempatku bekerja, pasti akan lain ceritanya.

           Empat tahun berjalan, tidak pernah ada kesulitan yang berarti dalam kegiatan merampokku. Paling-paling hanya dikejar 1-2 warga, dan setelah itu, mereka pasti akan melupakannya. Setidaknya, istri dan seorang anak perempuanku masih bisa makan setiap hari. Juga adik dari istriku. Ia menumpang tinggal di rumahku, seorang anak lelaki berumur 16 tahun. Walau bekerja sebagai kuli, tentu ia mesti juga ada yang harus kubayarkan segala keperluan-keperluannya.

           Dua minggu sudah aku mengamati rumah besar ini. Dari yang kuamati, di dalamnya tinggal seorang lelaki berumur matang, mungkin 27-30an, seorang diri. Serta dengan beberapa pembantu, sekitar 2-3 pembantu perempuan dan 1 orang supir. Namun, ah, sialan!

           Badanku mulai gemetar. Sebuah nyawa telah kupindahkan ke alam seberang. Ia tidak akan ada lagi di dunia ini, selamanya. Pemandangan lalat-lalat yang hinggap di kepala belakangnya begitu menggangguku. Bau tidak sedap mulai menguap. Aku tidak kuat lagi berdiri. Berjongkok di hadapannya, aku mulai terisak. Palu di dekat kakiku masih berwarna merah tua. Oh, penjara, oh, pukulan massa, oh, anakku, oh, mati!

           Sayang…mengapa pula ada dirimu di sini? Inikah alasanmu terus menerima telpon sembunyi-sembunyi di kamar mandi? Lelaki inikah yang membelikan setumpuk set mainan masak-masakan untuk anak kita yang katamu merupakan hadiah dari tetangga? Dan anak kita, kamu titipkan ke adikmu? Begitu? Setiap aku pulang dini hari, kamu belum tidur. Baru pulang juga kah dirimu? Apa ini? Kamu dibayar? Atau ini cinta murni? Mengapa harus dirimu yang muncul? Oh, sayang, aku tidak sengaja…dan kamu sengaja!


-Bhatarafana

Juni 2020


09 Jun 2020 14:09
185
Bogor, Jawa Barat, Indonesia
1 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: