Janda Kaya Raya
Pada suatu ruang dan waktu, hidup seorang janda kaya raya. Sebegitu kayanya ia hingga seolah ketika ia bersin maka keluarlah butir emas dari hidungnya. Konon katanya ia mendapat kekayaannya dari ketiga anak laki-lakinya. Ketika suaminya masih hidup, kedua suami istri itu dibangunkan rumah megah oleh anak-anaknya. Ketika suaminya meninggal, tinggallah si janda hidup sendiri. Sementara ketiga anaknya pergi tak berada menemani si ibu, seorang perempuan dalam rumah megah berisi kilauan emas dan segala materi kekayaan yang dipuja-puji manusia pada umumnya. Ironis memang. Ketiga anaknya yang kaya raya bagai raja seolah tak peduli akan pentingnya kebersamaan dalam keluarga. Menambah ironis lagi, ketika anaknya bersama istri dan cucunya datang menengoknya sesekali, tak seorangpun dari rombongan itu mau menemani di lantai yang sama dengannya. Ya, sangking megahnya rumah yang ketiga anak itu bangun unt ortunya, tiap anak punya satu lantai khusus untuk anak istri mereka masing-masing. Tidak satupun mau satu lantai dengannya.
Hal menyedihkan yg nampak lainnya adalah, begitu kayanya mereka hingga mereka takut ibunya sendiri di rumah itu. Ya, hanya perasaan takut, karena emas permata bertaburan di rumah itu, bukan karena ibunya yang dipikirkan "ini ibuku yang patut kurawat dan kujaga dengan jiwa & ragaku sendiri". Alih-alih berpikir demikian, mereka justru menyewa orang untuk berjaga di depan rumah mereka. Mereka juga memasang kamera pengawas di seluruh penjuru rumah.
Ya, ibu. Ibu yang merawat dengan cara bagaimana ketika si anak2 itu masih kecil, sehingga demikian perlakuan anak-anakmu kepadamu? Dan rumah megah yang nampak dari luar itu, betulkah itu "rumah" atau justru penjara?
Apa guna hidup bergelimpangan harta namun diselimuti rasa takut hartanya diambil orang, sejak bangun tidur hingga kembali tidur? Apa guna? Ketika anak cucu mengunjungi namun enggan mendekat? Memiliki banyak cucu namun sendirinya tak mau menyentuh apalagi menggendong mereka?
Oh janda bergelimpang harta, kau sungguh malang.
Diceritakan dari mulut ke mulut, bahwa ketiga anak laki-lakinya mendapat kekayaan dari sebuah usaha di bidang multi level marketing. Ya, sebuah usaha yang sering dianggap dapat menghancurkan hubungan keluarga dan hubungan sosial. Hubungan keluarga yang sedikit demi sedikit mulai terkikis karena keluarga si janda dan anak-anaknya ini mulai sedikit demi sedikit dirasa menjadi. Hubungan sosial dengan teman-teman lama yang semakin lama semakin ditinggalkan karena berubah menjadi teman-teman baru. Pertemanan yang berdasarkan saling menguntungkan dalam hal bisnis. Sebegitu pesat berkembangnya bisnis mereka hingga ketiga anak laki-laki yang telah berkeluarga ini kerap dikabarkan bersama banyak perempuan lain selain istri mereka masing-masing, bahkan memiliki rumah bersama perempuan lain. Kehidupan mewah bergelimang harta adalah makanan keseharian mereka. Apa yang dilihat, didengar, disentuh, dikecap dan dicium adalah kemewahan yang kiranya dapat mengentaskan kemiskinan yang dikabarkan masih melanda sebagian daerah di negeri yang sama. Ibu mereka adalah hal paling dekat yang nyata bahwa materi mereka tidak mampu membeli kebahagiaan jiwa ibu darah daging mereka sendiri. Jika saja ketiga anak itu mau bertanya, "Ibu, bagaimana caranya aku bisa membahagiakan jiwamu, bukan ragamu?". Seandainya si ibu mau berkata, "Ibu bahagia melihatmu bahagia, Nak. Namun jangan kau melupakan asalmu, saudara dan teman-teman lamamu yang pernah menganggapmu sebagai sepenuhnya manusia, karena engkau sendiri, dan bukan hartamu". Ibu tersayang, ibunya yang malang.
Briansurya,
Solo, 2022
