Kamu Melihat Bedug Di Serambi Klenteng
Cerpen
Kutipan Cerpen Kamu Melihat Bedug Di Serambi Klenteng
Karya butoable
Baca selengkapnya di Penakota.id
Saat itu kamu melihat dua orang yang sedang berjalan bersama, di atas trotoar jalan, di saat burung gereja sedang terbang bergerombolan di atas klenteng tionghoa yang berwarna merah, langit yang memayungi kamu membaurkan warna oranye menghantarkan matahari kembali pulang.

Kedua orang yang kamu lihat itu sedang bercakap-cakap katamu, pemuda yang sebelah kanan berkulit sawo yang mengenakan kaos polos berwarna putih dan bersarung motif batif, sedang mengayunkan tangan kanan dan kirinya seakan sedang memberitahukan sesuatu kepada orang yang di sebelah kirinya.

Lelaki di sebelah kirinya tadi yang kamu kira temannya itu, kulitnya kuning dibalut dengan mengenakan kemeja merah metalik dengan bercelana kain berwarna hitam, dengan berjalan lurus kedepan orang tadi khusyuk mendengarkan temannya tadi berbicara.

tanpa sepengetahuan mereka, kamu membuntuti mereka dari belakang, mengendap seperti pencuri yang sangat berhati-hati ketika sedang berjalan, terkadang kamu juga menoleh kanan-kiri untuk was-was mencoba menyembunyikan diri, karena takut dicurigai.

Kamu memberitahuku jika mereka awalnya teman biasa yang sebenarnya bertemu di taman sekitar rumahnya, lelaki sebelah kanan tadi sering pergi ke taman dekat rumahnya untuk sekedar menaburkan jagung atau beras di atas paving taman, supaya burung gereja berkenan istirahat dari perjalanannya dan makan siang dengan gerombolannya.

Pada saat itu, lelaki sebelah kirinya datang membawa benih mawar dan potongan rumput kecil untuk ditanam di beberapa posisi taman, kamu yang ada disana melihat mereka berkenalan, lelaki sebelah kanan tadi mendekati sebelah kirinya di serambi taman, mereka duduk di salah satu bangku taman sambil bertukar barang bawaan, sepertinya mereka bercerita terlalu seru, hingga adzan maghrib terdengar mereka baru beranjak pulang, lelaki yang sebelah kanan tadi pulang dengan membawa benih bunga, sedang sebelah kirinya membawa kantung plastik yang isinya butir-butir jagung dan beras.

Karena rumah kamu tidak jauh dari dari rumah mereka jadi kamu sering melihat mereka bertukar sesuatu untuk dimiliki, terkadang lelaki sebelah kanan tadi membawa beras untuk diberikan kepada lelaki sebelah kirinya, selanjutnya lelaki sebelah kanan tadi diberikan piring oleh orang sebelah kirinya, terkadang lelaki sebelah kirinya membawa sekotak porselen untuk diberikan kepada lelaki sebelah kanannya untuk selanjutnya lelaki sebelah kirinya diberi se-sak jagung untuk dibawa pulang ke rumahnya.

Kamu juga sering melihat mereka berada dalam satu acara budaya, yang anehnya ialah mereka terkadang tidak sempat mengundang satu sama lain, karena mereka berdua tidak ingin memaksa antara lain untuk mengikuti salah satu budaya, ketika kamu mendatangi salah satu tetanggamu yang sedang berkabung atas kematian salah satu anggota keluarganya, dalam bersilanya membaca yasin saat tahlil, kamu melihat lelaki sebelah kiri itu datang dengan keluarganya membawa sekotak piring sebagai tanda penghayatannya, keluarga lelaki sebelah kiri tadi masuk ke dalam rumah lewat pintu dapur karena ruang tamu dan halaman rumah itu penuh sesak orang-orang sedang memanjatkan tahlil.

Anehnya, keluarga lelaki sebelah kiri tadi dengan keluarganya ikut duduk bersila, mengikuti perjalanan acaranya, hingga selesai, padahal mereka itu tidak pernah melaksanakan budaya tahlil seperti itu, anehnya lagi, keluarga lelaki sebelah kiri itu tidak diundang oleh keluarga yang berkabung tadi, bukan karena mereka tidak saling mengenal, namun tetanggamu itu tidak memaksakan untuk harus ikut membaur karena perbedaan budaya.

Setelah saat itu, kamu yang sedang berjalan malam hari, tiba-tiba kamu berhenti di tengah perjalananmu, kamu melihat kerumunan orang-orang ramai lalu lalang, di tengah-tengah taman, kamu melihat lelaki sebelah kiri itu membawa sekotak petasan, keluarganya yang sudah berada disana memasang petasan itu di ranting-ranting pohon yang tumbuh disana.

Karena petasan yang sangat banyak, lelaki sebelah kanan yang juga berada di taman itu ikut membantu keluarga lelaki sebelah kiri untuk memasangkan petasan di ranting-ranting pohon yang tumbuh disana, karena petasan memang sangat banyak, orang yang melihatpun, merasa iba atau mungkin tidak sabar untuk melihat petasan menyala, mendadak menjadi perancang letak petasan dan tidak sedikit pula yang menahbiskan dirinya menjadi penyala petasan saat jam tengah malam nantinya.

Anehnya, taman tadi yang digunakan sebagai acara lelaki sebelah kiri itu masih milik tangan-tangan lelaki sebelah kanan, mereka yang keluarga lelaki sebelah kiri itu meminta izin untuk melaksanakan acara budaya dengan menggunakan taman itu, keluarga lelaki sebelah kiri tadi sebenarnya ingin memberikan banyak sekali porselen kepada tangan-tangan lelaki sebelah kanan seperti guci, keramik, cermin dandan sebagai tanda terima kasih untuk menggunakan taman tadi.

Anehnya lagi, tangan-tangan lelaki sebelah kanan tadi tidak menerima spenuhnya karena merasa tidak imbang, hanya dengan memberikan izin untuk menggunakan taman namun diberikan segala perabotan yang seperti rumah sedang pindahan, tidak sampai disitu, tangan-tangan lelaki sebelah kanan tadi malah menawarkan bantuan jasa jika sewaktu-waktu mereka mungkin kesusahan dalam pelaksanaan acara budayanya, tangan-tangan lelaki sebelah kanan itu bersedia membantu.

namun penawaran menjadi lebih harmonis, mungkin jika burung gereja yang sedang mendengarkan pembicaraan tadi akan menangis, keluarga lelaki sebelah kiri tadi, berterima kasih kepada tangan-tangan lelaki sebelah kanan, keluarga lelaki sebelah kiri tadi tidak ingin merepotkan, pun juga mereka tidak memaksa untuk mengikuti acara budaya yang akan dilaksanakan.

kamu bercerita jika mereka sebenarnya adalah teman biasa, yang orang tuanya tidak ada garis sejajarpun, buyut merekapun jauh, lelaki sebelah kanan sepertinya keturunan dari darah di sekitar rumahnya, lalu lelaki sebelah kirinya sepertinya memiliki buyut yang jauh di seberang sana, namun bukan karena orang tua mereka yang berbeda doa saat sebelum makan, atau buyut mereka yang tidak pernah berkawan, mereka merubah pertemanan menjadi persaudaraan tanpa tanda tangan perjanjian.

Hanya dengan bertukar makanan, tidak memaksakan kehendak untuk mengikuti salah satu perjalanan, dan saling menghormati disetiap acara kebudayaan, mereka menyatukan tujuan tanpa memandang kepercayaan, mereka memilih musyawarah sebagai akhir dari permasalahan dan mereka saling bersalaman sebagai tanda sepemikiran.

karena adzan magrib telah berkumandang, kepulangan burung gereja sudah digantikan dengan kedatangan kelelawar, perlahan bulan membuka matanya lalu sumringah bingar, kamu yang sedang membuntuti mereka berjalan itu menghentikan langkahmu untuk mencari rumah Tuhan, lalu kamu berniat untuk membasuh dirimu dengan air dan kebesaran takbir, kamu akan berdoa supaya persaudaraan mereka tidak akan pernah berakhir, meskipun Tuhan sudah membedakan takdir.
22 Feb 2018 17:54
119
Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: