Mengejar Nasi Ayam
Kutipan Cerpen Mengejar Nasi Ayam
Karya casperaliandoehb
Baca selengkapnya di Penakota.id

Pagi, cuaca sedang dingin-dinginnya. Sebab awan sedang setia untuk menangis ringan. Selepas berdoa dengan mata tertutup dan tangan dikatup. Aku memulai pembelajaran matematika dengan konsep kelas berhitung.

"Semuanya, Tolong dengarkan!"

"Kemarin siang, Paulus disuruh oleh *Nabonya untuk membeli Oli di Cabang Tiga. Nabonya memberi uang Rp. 100.000,- Harga satu botol Oli Rp. 50.000,- Berapakah uang kembalian yang harus diterima Paulus setelah membeli satu botol Oli?"

Setelah menunggu dengan sabar mendengar rintik-rintik hujan yang jatuh perlahan. Akhirnya seorang anak berani menjawab: "Lima puluh ribu rupiah."

"Terima kasih, *Namu. Benar jawabanmu."


Aku pun langsung melanjutkan pertanyaan: "Setelah membeli satu botol Oli, Paulus teringat bahwa *Waninya juga memesan untuk membeli gula pasir satu kilogram Rp. 20.000,- dan satu bungkus kopi Rp. 15.000,- Jika Paulus membeli gula pasir dan sebungkus kopi menggunakan uang kembalian Rp. 50.000,- maka, berapakah uang kembalian yang harus diterimanya?"

sekali lagi dengan menunggu lama, sampai hujan pun terus menangis. seorang Nosban berani untuk menjawab: "lima belas ribu rupiah, pak guru."

"Terima kasih, nosban." sahutku.

sekarang pak guru ingin bertanya lagi: kalian semua pasti pernah pergi ke Cabang Tiga. Berapakah harga nasi ayam di Cabang Tiga?"

Sontak semua murid beramai-ramai menjawab: "Dua puluh ribu Rupiah."

"Jika Paulus ingin membeli nasi Ayam. Apakah uangnya cukup?"

Mereka menjawab secara kompak. "Tidak cukup, pak guru."

"Bagaimanakah caranya agar Paulus dapat membeli nasi ayam?"

Andi Wofahagi menjawab: "Paulus harus menambah lima ribu rupiah."

Benar Andi, tetapi kalian semua telah menghitung. bahwa paulus diberi uang seratus ribu rupiah dan uang kembaliannya tersisa lima belas ribu rupiah. Dia tidak memiliki lima ribu rupiah untuk ditambahkan. Dia sudah tak punya lagi."


Aku tak menyerah dan terus melayangkan pertanyaan."Bagaimana caranya sehingga Paulus bisa mendapat nasi ayam. Tanpa harus menambah lima ribu rupiah meskipun uangnya kurang?"

Kaspar Kiyore dengan sigap mengangkat tangan kanannya dan berkata: "Begini pak guru, kita minta penjualnya untuk korting saja. Agar nasi ayamnya menjadi lima belas ribu rupiah. Nanti nasinya dikurangi. Pasti bisa. Orang tua saya, kalau uangnya kurang selalu minta korting kepada penjual di Cabang Tiga."

"Berarti nasinya kurang. Apakah nantinya paulus bisa kenyang?" Tanyaku.

"Pokoknya tidak ada korting, harus dengan lima belas ribu rupiah dapat nasi ayam yang utuh tanpa dikurangi nasi." Tegasku.


Kelas menjadi ribut. Ada yang berbisik-bisik: "pak guru ini, apa maunya? Sudah tau kalau uang kurang. Tapi paksa mau dapat nasi ayam tanpa korting."

"Pak guru, Bagaimana kalau kita ganti nasi ayam dengan nasi telur. Sebab, nasi telur cuma lima belas ribu rupiah" Jawab Paulus.

Aku tetap bersik keras " Tidak ada tukar menukar ayam dengan telur. Sekali ayam tetap ayam. meskipun uang kurang."

"Pak guru, kita tipu *Bude" Sahut Muktar Wofahagi.

"Bagaimana caranya harus menipu Bude?" Tanyaku dengan penuh rasa heran.

"Begini pak guru, saya minta Bude untuk bungkus nasi ayam. setelah dia memberi saya bungkusan itu. Saya langsung memberi uang yang kurang dan segera melarikan diri." Jawab Muktar Wofahagi.

"Itu namanya menipu. Menipu itu tidak baik. Menipu itu Dosa." Jawabku.

"Lalu, Apa yang pak guru mau?" Tanya Ingelberta.

"Kita pukul Bude Saja." Sahut Titus.

"Menipu saja tidak baik dan berdosa. Apalagi main pukul. Tidak boleh" Jawabku.

"Cobalah kalian berpikir lagi, kalian harus mendapatkan nasi ayam tanpa korting, tanpa menipu dan tanpa main pukul. Pak guru setia menunggu jawaban kalian." Pintaku.


Cuaca memang dingin, tetapi keringat dijidat dan sikap gelisah yang ditunjukkan oleh mereka membuatku yakin mereka masih berpikir."

"Pak guru, saya punya banyak teman di Cabang Tiga. Saya akan meminta tolong kepada mereka untuk meminjamkan uang lima belas ribu rupiah." Jawab Mikael Yanefo.

"Bagaimana kalau mereka tidak ada uang?"

"Bagaimana kalau mereka tidak mau memberi?" Tanyaku.

Seisi kelas dengan kompak menjawab: " Kita pulang saja. Tidak usah makan. Tidak perlu nasi ayam."

"Baik, Siapa yang di kelas ini sidah pernah mengendarai *ketinting? Tanyaku.

Andi, Muktar dan Onggat mengacungkan tangan. " kalau begitu, Onggat. Apakah bisa kita mngendarai Ketinting dengan keadaan lapar?" Tanyaku.

"Saya tidak bisa, pak guru." Sahut Onggat.

"Kalau begitu Pak Guru ulang lagi, Bagaimana Caranya agar Paulus tidak lapar dan nasi Ayam didapat?" Tanyaku.

"Kalau teman tidak bisa membantu. Kita minta bantuan dari orang yang kita kenal baik di Cabang Tiga untuk membantu." Kalau kita meminta bantuan dengan memintanya baik-baik pasti akan dibantu." Jawab Mikael Yanefo.


Tak terasa, Bel pulang sekolah berbunyi. "Semua jawaban yang kalian berikan sungguh luar biasa. Tetapi untuk jawaban yang mengajarkan menipu dan main pukul tidak luar biasa. Tidak hebat. Tidak bagus. Meminta bantuan dari sesama adalah hal yang wajar. Sebab, kita tentu akan mengalami kesusahan. Pertanyaan yang pak guru buat. bertujuan untuk melihat kalian dapat memcari jalan keluar dari kesusahan. Meminta bantuan dengan cara yang baik. Tentu akan mendapat bantuan yang baik pula. Terangku sebelum Doa pulang diucapkan.

Mendapatkan tanggapan dan aktifnya mereka adalah sebuah kebahagian tersendiri. Sebab, sikap malu dari anak-anak pedalaman papua terkadang membuat kelas terasa hampa. Enam sampai tujuh anak yang aktif dari dua puluh dua anak sudah lebih dari cukup. Terima kasih untuk hari ini. "Tak ada pukul, tak ada tipu." rintik-rintik hujan mengantarku kembali ke rumah.


Bahasa Suku Auyu Khususnya Sub Suku Auyu Busahang. Berasal dari Tanah Papua Selatan tepatnya di Distrik Passue -Kabupaten Mappi.

*Nabo(Ayah)

*Wani(Ibu)

*Namu(Anak Laki-laki)

*Nosban(Anak Perempuan)

*Bude (Sebutan untuk penjual di Cabang Tiga. sebab penjualnya kebanyakan berasal dari Tanah Jawa.)

*Ketinting (Sebutan untuk Perahu motor yang biasa digunakan untuk Transportasi Sungai)






17 Jan 2020 23:25
107
Mappi, Papua, Indonesia
2 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: