Keruk, keruk, keruk semua gunung sampai membusuk
Urug, urug, urug, laut bersama nelayan-nelayan yang merutuk
Membusuk bersama ceruk tambang yang menyisa puing
Merutuk bersama nelayan-nelayan yang mengangkat jarring
Denging deret traktor pongah lantang merisak
Tunduk dan patuh pada Raja serupa bidak
Menyisa isak bulir padi bersama petani di balik topi caping
Melihat lintang zamrud khatulistiwa yang semakin miring
Kau terlalu sibuk, saling-silang halang berebut kuasa
Baku tumbuk, panting-pontang hadang menyebut konsesi
Menyebar isak tangis rakyat jelata
Yang menunggu kabar, kapan mereka akan mati
Debu-debu berterbangan dari utara hingga selatan
Dan di langit, jelaga dan polutan berebut tempat berdesak-desakkan
Abu dan paru kian mengental dalam perkawanan
Untuk mereka, kan dibawakan sebuah kabara tentang kematian
Ini untuk kemajuan zaman, kau katakan
Ini demi kesejahteraan banyak orang, kau bilang
Jadi jangan sekali-kali kau coba memberi penolakan
Atau penjara, akan menjadi satu-satunya tempaat kau untuk pulang
Menangis….!!!
Menangislah kalian di tengah tambang pasir
Di setiap ladang dan sawah yang mulai diarsir
Juga di pinggir-pinggir rumah yang terusir
Dan bersama para penyuara kebebasan yang mulai tersingkir
O……. Dewi-dewi keadilan
Tanah, rumah dan sawah kami dirampas
Oleh mereka yang meneriakkan kemajuan zaman
Yang datang bersama dalil-dalil modernitas
O....... Dewa-dewa pelindung
Dimana lagi kami mesti bernaung
Setelah ladang kehidupan kami dikungkung
Dan derap langkah kebebasan kami dipasung
Kupak bongkah lazuardi
Di bawah telapak kaki ibu pertiwi
Melihat langit mengepul digulung karbon
Menangisi tanah yang ditutup beton.