Kutipan Cerpen
Baik-baik saja
Karya
chroo
Baca selengkapnya di
Penakota.id
Hatiku ngilu saat air matanya bertumpah di hadapanku.
"Kenapa rasa-rasanya ini semua begitu pahit Ra" Ia menangis tergugu sambil melipat baju anak-anaknya. Satu anaknya baru saja masuk rumah sakit. Sedang ia harus mengurus sendiri segala hal. Suaminya dua hari sudah tidak pulang. Alasannya tetap sama 'kerja'. Yang entahlah dengan penghasilan segitu aku enggan menyebutnya kerja.
Hatiku seperti di tusuk berkali-kali. Perempuan di hadapanku terlalu menderita selama ini. Segala liku hidupnya aku tak sanggup sama sekali mengulang ceritanya.
"Sabar mbak" aku sudah tidak memilik kata lain. Aku tidak punya nasehat yang lebih pas untuk sekedar membuat hatinya lebih tenang, sedikit melonggarkan sesak di dadanya.
Aku beringsut dari hadapannya, mataku sudah begitu panas untuk tidak menjatuhkan air mata. Aku pamit pergi untuk menyiapkan hal lain.
Aku mengetik sebuah pesan.
"Mas, aku capek di rumah"
Setengah jam kemudian ada pesan masuk di WhatsApp ku.
"Aku telephon ya"
"Nanti saja mas, aku sedang repot"
"Ok, semangat, senyum, biar tidak begitu berat di pundak"
Aku tersenyum simpul, kecil, namun hatiku sedikit lega.
Aku menutup WhatsApp. Segara beranjak mengangkat barang ke atas motor. Melaju ke rumah sakit. Menyediakan wajah terbaik, wajah yang baik baik saja, riang dengan senyum menghibur mereka.
Ntahlah rasanya aku sudah terbiasa dengan kemasan seperti itu. Aku harus berjuang mati-mati an agar semua baik baik saja di depan mereka. Karena aku tahu, beban mereka sudah terlampau berat, maka aku tak boleh menambahkannya dengan muka ku yang masam.
Unduh teks untuk IG story