"Jadi, kamu mau nonton apa malam ini? Friends?" tanyamu sembari menaruh kepalamu di pahaku dan aku yang refleks membelai rambut-ikal-dan-gondrong milikmu.

"Bosan," jawabku dengan datar. Aku memilih berselancar di internet.

"Hmmmm, The Office?" tanyamu dengan antusias. Aku mendengarnya, namun tidak merespon. Aku bosan, sayang.

"Sayang?" panggilmu lalu merebut ponselku.

"Aku bosan," jawabku, masih dengan suara datar.

"Baiklah," balasnya dengan sedikit kecewa. Ayolah, jangan membuatku merasa bersalah.

"Mungkin kita harus melakukan hal baru?" tanyamu lagi, dengan antusias yang sama.

"Contohnya?" tanyaku.

"Ayo kita sebutkan sama-sama apa keinginan kita. satuu, dua, tigaa...."

"Berpisah," ucapku.

"Menonton Star...... apa? Kamu mau kita berpisah?" Kamu bahkan tak sempat melanjutkan kata-katamu.

Aku mengangguk saja, malas berdebat.

"Tapi kenapa? Sayang, kita baik-baik saja." Kamu tidak terima, tentu saja.

"Aku tidur dengan laki-laki lain dan kamu tahu hal itu. Kamu menyadap ponselku dan kamu bilang kita baik-baik saja? Kamu positif gila!" Aku benar-benar tidak tahan.

"Mungkin waktu itu kamu hanya bosan denganku dan lihat, kamu masih ada disini, bersamaku." Kamu memelukku dan langsung kulepas.

Aku pergi dan membanting pintu 5031. Itu adalah hari terakhirku melihatmu.

Sampai hari ini, saat polisi menemukanmu terbujur kaku di unit 5031 — tepatnya di bath tub, dengan bersimbah darah dan pisau di tangannya. Dan, aku melihat kamu masih menggenggam foto kita.

—dania,

(041220)