"kamu mau apa untuk kado di hari ulang tahunmu nanti?" tanyamu malam itu di atap rumahku. Membuat dadaku sedikit berdegup kencang. Aku mengingat ingat apa yang aku inginkan untuk ulang tahunku. Aku tidak boleh gegabah,
"kamu rencananya kasih apa?" tanyaku balik. Aku bersandar di bahunya.
"kenapa kamu tanya balik? Pertanyaanku tadi belum dijawab, lho." jawabnya, lalu merangkulku.
"aku mau kita saja, boleh?" tanyaku lalu melepaskan rangkulannya, dan duduk tegak, lantas tertawa. . Aku berharap dia tidak paham apa yang baru saja aku tanyakan.
"ini kita. lantas kamu mau apa?" tanyanya. Syukurlah. Ia tidak paham. Aku mau kita sama sama, maksudku. Apa itu salah?
"sebenarnya.." suaraku terputus ketika mendengar bunyi teleponmu. Pasti dia. Kamu mengangkat teleponnya, dan larut dalam obrolannya, melupakan eksistensiku sebagai manusia disini. Kamu mengucapkan kata kata manis padanya, dan mengakhiri telepon.
"jadi kamu mau apa?" tanyamu lagi.
"aku mau kita tetap menjadi sahabat, seperti sebelum sebelumnya. Bisa?"
Kamu mengangguk, seperti tahun tahun kemarin. Untuk sementara aku hanya butuh kamu sebagai sahabat, tidak lebih.