Kutipan Puisi
Menyapa Pena Ibu Kota
Karya
dayusrswt
Baca selengkapnya di
Penakota.id
Bintang jatuh sibuk menolehkan kepala kanan dan kiri sambil meracau barangkali angin semalam terlampau geming hingga ia ketinggalan bis kota hari ini
Bintang jatuh sibuk mencatatkan berapa kali klakson-klakson mobil berteriak pada ingatan-ingatannya untuk sesegera mungkin menuliskan betapa ibu kota riuh dan cabuh
Pada tepi-tepi jalanan ibu kota yang gemar marah dan menaruh curiga
Saya juga curiga,
Pernahkah sesekali ia mengunjungi atelir-atelir lukisan yang iba sebab tiap pelukis perorangan telah menjamu kesepian-kesepian panjang?
Pernahkah tulisan-tulisannya lahir dari sebuah toko yang menjajakan piringan hitam beserta bekas lukanya sebab mp3 telah merebut telinga-telinga yang sebenarnya tuli?
Atau sesekali menuliskan keelokan perempuan pada bentuk bibirnya hanya dengan memandangi dalam-dalam sebuah apel yang dijajakan asongan di stasiun Gambir?
Bintang jatuh dalam harap-pengharapannya suatu hari usianya sempat dilumat kota yang nyenyat dan paruh waktunya lingkap diciumi kenangan-kenangan yang ombak, yang bukit, dan yang hutan
Aku dan bangunan-bangunan yang gemar memilin udara, dan seluruh karcis serta tiket di sepanjang terminal Bungurasih,
Adalah kegaduhan-kegaduhan lain barangkali bukan Cuaca Tak Sama.
Unduh teks untuk IG story