malam datang, membawa rasa bersalah yang menghantui di sepanjang jalan
dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak sepantasnya dilontarkan.
memandang dinding kelabu yang berpadu dengan jam yang berdetak dan berputar tanpa henti.
bertanya pada hati nurani dengan penuh siksaan dan lamunan.
ketika ratri mulai berganti dan matahari bersinar lagi, perasaan bersalah itu seolah lenyap. berganti seakan dijalani dua pribadi.
dengan hati yang kembali tersusun rapi, dan gembira seakan menemani dari malam hari.
padahal mata lelah dan tak bisa tidur, kalut dan terlalu takut.
akan gagal disetiap perjuangan, mengalah dengan keadaan yang tidak pernah mendukung kemenangan.
ingin juga teriak dan bersorak merayakan.
tapi mulut seolah bisu, tak punya kuasa dan tenaga untuk mengambil alih keinginan, yang mestinya di genggam oleh tangan yang telanjang.