oranment
play icon
Tak Akan Tergapai
Cerpen
Kutipan Cerpen Tak Akan Tergapai
Karya doma_indra
Baca selengkapnya di Penakota.id

"Hai, halo apa kabar? Sehat to dek?", tanya seorang teman dari komunitas lain. Sambil berjabatangan dan sedikit cipika-cipiki.


"Hehehe.... Iya mbak, sehat. Harus sehat dong", jawabku sambil sedikit slengekan.


"Ikut acara ini juga to dek?", tanyanya kembali.


"Iya mbak, ya... itung-itung sambil nambah pengalaman to mbak. Ben tambah banyak kenalan...hehehe, " jawabku kembali.

***

Kala itu, aku mengikuti seminar pendidikan di sebuah hotel ternama. Awalnya, aku hanya iseng mendaftar secara online, tak banyak harapan untukku bisa mengikuti acara tersebut, karena memang peminatnya yang luar biasa banyak. Aku pun juga tidak banyak berharap kalau bisa ijin dari tempatku bekerja.


Seminggu kemudian, aku menerima pesan via Whatsapp berupa undangan. Seperti biasa, aku tipikal orang yang hanya cukup melihat dari notifikasi saja. Awalnya aku penasaran, karena menerima pesan dari nomor asing. Kala itu sedang heboh banget penipuan dengan pesan berupa pdf, aplikasi, dll. Aku pun membuka pesan tersebut, yang berisi salam perkenalan dan ada lampiran berupa surat undangan dengan pdf. Untuk membuka surat pdf itu, aku sempat ragu, takut, dan campur aduk. Tapi, akhirnya aku memberanikan diri membuka pdf tersebut. Setelah aku membukanya, ternyata benar berisi surat undangan untuk mengikuti seminar pendidikan, di dalamnya juga terdapat nama peserta yang terpilih untuk mengikuti seminar tersebut. Seneng sih rasanya bisa ikut acara tersebut. Tapi saat itu aku juga merasa galau. Aku bingung bagaimana caraku ijin ke pimpinanku, padahal acara itu dilaksanakan selama dua hari. " Dijinkan nggak ya? Soalnya aku bakal ninggalin kerjaanku selama dua hari," aku terus bergumam dalam hati. Sempat aku komunikasi dengan teman seniorku, tapi saran dari mereka hanya minta agar aku langsung menyampaikan ke pimpinan.


Akhirnya aku memberanikan diri untuk meminta ijin ke pimpinan, dengan rasa takut dan campur aduk, aku menyampaikan permohonan ijinku untuk mengikuti kegiatan yang dilaksanakan dalam waktu dekat itu.


"Kalau nggak diijinin, ya sudahlah, berarti memang belum rejekiku untuk bisa ikut kegiatan itu," batinku berkecamuk tanpa batas.


Tanpa disadari ternyata pimpinanku mengijinkanku mengikuti acara itu. Hatiku bahagia tak karuan. Ternyata pimpinanku juga ikut mendukungku untuk bisa lebih menggali ilmu di mana dan dari mana saja.


Tanpa berpikir lama, aku pun segera menyelesaikan semua berkas termasuk surat ijin, dan surat menyurat lainnya yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut. Aku pun juga segera menyelesaikan tugas dan kewajibanku, agar nanti letika aku tinggalkan tidak ada PR yang akan menghambatku.

***

Tibalah waktu kegiatan tersebut dilaksanakan. Sudah dua hari sebelumnya aku mempersiapkan segala kebutuhanku. Tak sabar rasanya ingin bisa mengikuti acara tersebut.


Tak disangka, ketika aku tiba di tempat itu dalam suasana yang ramai dan riuh, aku berjumpa dengan beberapa teman dari komunitas dan unit kerja yang lain. Aku merasa tidak sendirian karena ada teman untuk berbincang. Tapi aku juga tidak menutup diri untuk bertemu dan bersosialisasi dengan teman baru.


"Weh, lha kok rame banget ya jebule. Duh, kok aku jadi ngrasa minder ya. Wes cilik dewe, koyok bocil, belum ada pengalaman pula,"batinku bergumam sendirian seolah merasa rendah dari pada teman-teman yang lain.


Ketika aku sedang duduk mengamati sekeliling dan sambil menyiapkan berkas yang akan digunakan di pos daftar ulang. Tiba-tiba dari belakangku ada seseorang yang menepuk bahuku.


"Ayo, berteduh, nanti item lho," ucap seseorang dari belakangku.


Sontak aku pun menoleh ke arah belakang. Seorang laki-laki setengah baya berkacamata photocromic dengan berewok tipis di pipi hingga dagunya, tersenyum menyapaku.


"Hehehee... Iya kak," sahutku sambil tertawa ringan.


Badannya tegap dan kekar. Bisa dibilang perfectlah. Seseorang yang konon memang jadi sosok favorit dikalangan anak muda dan ibu-ibu muda. Sekali mendengar suaranya yang deep itu, hati berasa meleyot, "mletre" kata anak zaman sekarang.


Kalau aku boleh jujur, aku sempet ilfil dengannya. Awalnya aku menganggapnya sosok yang sok cool, sok idih deh pokoknya. Dia adalah seorang pemimpin muda, yang terkenal dengan kemahirannya dibidang IT. Bahkan, seorang teman satu kantorku begitu terpesona dengan parasnya, sampai selalu senyum dan merasa grogi saat berjumpa dengannya. Aku sempat heran dengan mereka yang selalu mendambakannya. Padahal semua orang sudah tahu kalau bliaunya itu sudah berumahtangga dan memiliki seorang anak. Tapi, mungkin karena sosoknya yang penuh wibawa dan suaranya yang membuat adem di hati itulah yang membuat semua orang terpesona akannya.


Tiba waktunya untuk acara dimulai. Semua peserta diminta untuk segera melakukan daftar ulang dan memasuki aula seminar.


Aku segera berlari dan melakukan daftar ulang. Setelah menerima seperangkat seminar, aku pun segera memasuki ruangan. Aku mencari tempat duduk yang sesuai dengan nomor yang aku miliki. Tanpa kusadari ternyata aku duduk tepat di depan kak Hans, pria yang tadi menepuk bahuku. Entah ada rasa apa, aku merasa tidak nyaman. Aku merasa seolah diawasi oleh pandangan mata kak Hans, tapi karena aku merasa seminar ini sangat penting bagiku. Jadi aku bertingkah bodo amat dan tetap fokus pada agenda seminar tersebut.

***

Lima jam telah berlalu. Tiba saatnya memasuki waktu istirahat dan sholat. Aku diajak oleh teman baruku bermana Ria dan Krisna untuk mengambil snack dan makanan. Kebetulan kami bertiga juga satu kelompok. Jadi lumayan akrablah.


Kami pun mengantri untuk mengambil snack dan juga lunch box. Setelah menerimanya, kami pun keluar meninggalkan tempat acara untuk makan. Kami memang sengaja ingin mencari tempat yang paling nyaman di luar, seraya ingin mencari suasana baru untuk mencegah kebosanan. Kami makan sambil becanda dan sharing pengalaman kami masing-masing. Waktu istirahat kami hanya terbatas 15 menit. Kebetulan, kami bertiga tidak menjalankan sholat. Setelah selesai makan, kami pun kembali ke ruang seminar.


Acara kembali dimulai, dengan sesi penugasan. Ternyata, sesi kali ini aku dan Ria tidak satu kelompok lagi. Tapi, aku dan Krisna masih tergabung dalam satu kelompok.

***

Singkat cerita, agenda kegiatan seminarpun berakhir. Semua peserta berfoto bersama dan bergegas meninggalkan ruang acara.


Akupun segera keluar meninggalkan ruangan tersebut. Kala itu, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Aku berdiri di tepi jalan menunggu orderan ojek onlineku datang. Aku berdiri seorang diri di antara keramaian lalu lalang kendaraan.


Rasa takut dan cemas beradu jadi satu. Tiba-tiba terdengar suara motor berhenti di sampingku. Aku masih terus menatap ramainya jalanan malam itu, seraya kuamati laju motor ojek online dari aplikasi HP.


Aku menoleh ke arah motor itu berhenti.


"Sudah dijemput belum?" Tanya seseorang sembari turun dari atas motor gedhenya.


"Sudah kok kak,"jawabku singkat


"Lha mana jemputannya?" Tanyanya kembali


"Paling bentar lagi sampai kak,"jawabku meyakinkan


"Tapi sudah OTW kan?" Tanyanya dengan nada sedikit khawatir


"Iya kak,"jawabku kembali singkat


Malam itu Kak Hans tidak langsung pulang. Dia masih menungguiku hingga aku beranjak dari tempat itu. Tak lama setelah perbincangan kami, ojrk onlineku datang. Aku segera naik di atas motor dan langsung melaju menuju rumahku. Di tengah perjalanan aku melihat laju motor kak Hans yang dengan kencang menyalip motor kami.


"Kenapa kita dipertemukan di sini? Dan kenapa kita harus berpisah dengan cara seperti ini?" Tanyaku dalam batin


Aku hanya bisa menyimpan rasa, karena aku tahu dia tidak akan pernah bisa kumiliki. Sudah ada yang memilikinya lebih dari rasa sayangku padanya. Aku hanya bisa mendoakannya, agar dia bahagia bersama keluarga kecilnya


**TAMAT**

calendar
26 Nov 2023 05:15
view
38
idle liked
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
close
instagram
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
close
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh:
example ig