oranment
play icon
Cerita Yang Belum Selesai
Cerpen
Kutipan Cerpen Cerita Yang Belum Selesai
Karya domaindra554
Baca selengkapnya di Penakota.id

Namaku Nugros, inilah kisah kehidupanku yang masih menyelesaikan kisah cinta yang penuh liku.


Mataku menatap tajam ke arah hamparan sawah di belakang rumah. Senja itu menjadi tempat untukku mengungkap setiap liku yang pernah kulalui.

Aku tinggal di sebuah desa yang terletak di dataran tinggi. Pemandangan di sekitar rumah memang sangat indah, lantaran di daerah itu dikelilingi tiga gunung yang menjulang tinggi. Hampir setiap menjelang maghrib aku selalu memandang ke arah selatan untuk memandang lebih lama alam di kala senja.

" Monggo mas, nderek langkung," ucap seorang petani yang melintas di depanku sambil membawa rumput untuk pakan ternak.

"Nggih pak, monggo,"sahutku

Hidup di daerah pedesaan terkadang menuntutku untuk mampu berdamai dengan alam. Mereka tempatku mencurahkan isi hatiku. Sempat terpikir dalam benakku betapa alam ini terlalu indah untuk mendengar semua celotehanku.

Segala yang terjadi dalam hidup ini tak semua berjalan mulus dan sesuai rencana. Pernah aku mengalami banyak hal yang membuatku patah dan hancur.


Kala itu aku tengah menjalin hubungan serius dengan seseorang yang begitu berarti dalam hidupku. Cantika, nama yang selalu ku sebut dalam setiap doa malamku. Dialah wanita terindah setelah ibuku. Saat itu memang masa terindah yang kujalani. Perjalanan cinta yang tidak mudah sudah kita alami, tapi semua yang tengah kita jalani ini biarlah menjadi takdir dalam hidup.

Namanya seorang laki-laki pastinya memiliki harga diri yang sangat tinggi, keegoisan, dan emosional yang terkadang tak terelakan.


Awal pertemuanku dengannya hanyalah di bangku SMP, saat itu bisa dibilang bahwa usia kami masih terlalu bocah untuk mengerti tentang cinta. Waktu terus berlalu hingga kami berdua pun menginjak dewasa. Aku sudah mengenal dan merasakan berbagai kenangan tentang cinta. Hingga aku dan wanita berkulit putih itu dipertemukan kembali dalam dimensi yang berbeda. Dia terlihat lebih cantik daripada saat masih di bangku SMP dulu. Hati ini tak mampu mengkhianati perasaan yang datangnya tak pernah mengenal waktu. Rasa cinta itu semakin menjadi tatkala semakin sering pertemuan itu terjadi.

Hari demi hari sudah kami lalui. Menghabiskan waktu berdua, serasa dunia ini hanya milik berdua sedangkan penghuni lain hanyalah pengontrak belaka. Tak peduli dengan keadaan sekitar, yang terpenting hanya berdua selamanya. Hingga akhirnya niat untuk lebih serius itu muncul.


Malam itu, kukumpulkan niatku untuk menyatakan diri lebih serius bersamanya. Sebelum kusampaikan kepada keluarganya, aku mengajak orangtuaku untuk berembuk bersama.

"Pak, buk, aku meh ngomong sedelo (Pak, buk, aku mau bicara sebentar)," kataku lirih.

"Yo le, piye? (Ya nak, gimana?)" sahut ibuku.

"Pak, buk, aku kan karo Cantika wes suwe runtang-runtung bareng. Aku pingin luwih serius. Niate pingin tak tembung, piye yo pak? (Pak, buk, aku bersama Cantika kan sudah lama, kesana-sini bersama. Aku ingin lebih serius. Niatku ingin melamarnya, gimana ya pa?)," tanyaku mengungkap semua dalam hati.

"Yo, nek kowe wes niat tenan, bocahe jaki rene, mengko karo tak wejangi opo anane (Ya, kalau kamu sudah niat, gadis itu bawalah ke rumah,nanti bapak berikan nasihat tentang keadaan kalian satu-sama lain)." pesan bapak kepadaku.

"Yo, pak, nyuwun pandongane pak, buk (Ya, pak, bu, mohon doa restu pak, buk)," kataku sambil mencium tangan kedua orang tuaku.


Setelah mendengarkan nasihat dari orangtuaku. Aku langsung menghubungi wanita pujaanku. Aku ungkapkan semua niatku untuk menjalin hubungan yang lebih serius lagi. Dia pun mengiyakan ungkapanku itu. Betapa bahagia hati ini. Waktu yang sudah lama kutunggu, akhirnya bisa menghasilkan keputusan yang membahagiakan.


Sore ini seperti biasa, aku mengajaknya untuk bermalam minggu bersama. Tapi kali ini aku mengajaknya ke rumah, untuk bertemu dengan kedua orangtuaku. Memang tidak seperti biasa. Tapi hati ini terlalu bahagia untuk mengekspresikan segalanya.

Setelah sekian lama diberikan wejangan oleh orang tuaku, dan kebetulan hari juga sudah malam. Aku mengantarkannya pulang. Sepanjang perjalanan ia membicarakan semua wejangan dari bapakku.


"Mas, aku yo memang wes serius karo jenengan, tapi soal perbedaan di antara kita piye? (Mas, aku memang sudah serius sama kamu, tapi soal perbedaan di antara kita, gimana)," tanyanya singkat.

Saat itu aku pun juga bingung menanggapinya. Memang permasalahan ini sempat kita bahas pada saat awal pacaran, tapi semuanya kita jalani apa adanya. Bahkan dari dirinya pun juga menyatakan diri bahwa dia mau mengikuti keyakinan yang aku anut.

Tapi pertanyaannya malam itu membuatku bertanya, apakah dia belum siap untuk bersamaku nanti? Sebelum aku menjawab pertanyaannya, aku kembali bertanya padanya, "Ha kamu gimana, di awal dulu aku pernah sampaikan itu, dan kamu pun memberikan padakau pernyataan bahwa kamu mau mengikut aku. Tapi kok sekarang kamunya bertanya hal itu lagi?"

"Sebenernya dalam hatiku yang paling dalam, aku belum bisa untuk beralih keyakinan," ungkapnya dengan raut mata sendu.

Mendengar pernyataannya itu, hatiku terasa remuk. Nyaliku kembali menciut. Rasanya seperti tulang rusukku lepas dan berserakan tak beraturan.

Karena lama membahas hal yang tak berujung, Akhirnya aku mengantarkannya pulang, meski aku tahu, dia butuh jawaban kepastian dariku. Di sinilah keegoisanku mencuat, Aku lebih mempertahankan apa yang ada dalam diriku daripada mencoba untuk memahami keadaan sekitar.

Ya, itulah sisi negatif dalam diriku. Tapi pembahasan soal keyakinan ini tidak akan pernah ada ujungnya. Lantaran setiap manusia memiliki keyakinan dan kepercayaan masing-masing. Dan mereka pun juga pasti akan tetap mempertahankan keyakinan itu.


Lama aku merenung, hingga akhirnya kisah cinta kami berdua harus berakhir. Dan aku pun harus menerima kenyataan bahwa rasa cinta yang sudah dibangun selama tiga tahun itu belum cukup kuat untuk menopang dan menghempas semua perbedaan dalam diri kita masing-masing. Keputusan terberat yang harus aku pilih untuk kembali bertahan dalam kesendirianku.


***


Meski hati ini masih terasa pilu. Tapi aku berniat untuk move on dari Cantika dan kembali membuka hati untuk wanita lain.

Berat rasanya melupakan kisah cinta yang telah dilalui selama tiga tahun. Tapi aku tak boleh terpuruk dalam keadaan yang tak menentu.


Lama aku merenung dan berusaha melupakan gadis bermata sipit itu. Tapi lama-kelamaan aku bisa bangkit dan.memulai membangun cinta dengan yang lain.


Aku bertemu dengan Putri, seorang wanita yang berprofesi sebagai seorang perawat di sebuah rumah sakit di kota kecil, tepatnya di Rumah Sakit Puri Asih. Selama menjalani kedekatan dengan Putri, aku sudah merasa nyaman, ada kecocokan di antara kita. Menjalin hubungan dengan seseorang yang sudah seiman adalah impianku sejak dulu. Dan kini aku menemukannya di kala hati ini sudah melupa akan masa lalu yang terpendam.


Ritual biasa selalu aku lakukan saat mulai mengenal wanita. Kini giliran Putri untuk mengenal kebiasaanku. Aku mengajak dia ke suatu tempat yang bisa membuatku nyaman. Di tempat itu aku selalu mengenalkan wanita yang bisa memenangkan hatiku.


Hari demi hari kita lalui bersama, aku pun mulai merasa yakin akan dia. Hingga kejadian yang tak kuinginkan itu terjadi.

Pada dasarnya dia wanita yang baik, tapi karena sikapnya yang terlalu posesif membuatku merasa seperti bonekanya, yang harus selalu ada buatnya, padahal masing-masing dari kita memiliki kesibukan sendiri.


Rasa itu hanya selalu ku pendam. Aku berusaha untuk meyakinkan diriku bahwa sikapnya yang posesif itu karena rasa tak ingin kehilangan dari dirinya. Tapi sayang, semua pikiranku yang berusaha positif thinking akan dia hancur begitu saja. Tatkala pada suatu sore, aku menerima pesan dari seseorang yang tak pernah ku kenal sebelumnya. Roy, dia adalah mantan Putri yang sudah lama tidak pernah bertemu. Laki-laki itu mengirimkan WA kepadaku. Dan yang membuatku merasa sakit hati adalah kiriman foto yang menunjukkan kemesraan antara dia dan Putri. Ditambah lagi dengan caption yang membiatku semakin geram.

"Tak jilih sek yo bojomu (Aku pinjam dulu ya istrimu),"

Pesan itu membuat keyakinanku semakin goyah. Aku merasa sudah dikhianati. Padahal aku selalu berusaha untuk bisa memahaminya, tapi yang terjadi hanyalah rasa sakit hati yang terus meradang. Kepercayaan yang sudah dibangun dengan sedemikian indahnya, hancur lantaran perlakuan yang tidak bisa dimaafkan lagi.

Aku meminta penjelasan dari Putri, tapi dia justru semakin menunjukkan sikap posesifnya.

Karena memang sudah tidak bisa dilanjutkan lagi hubungan ini, maka aku memutuskan untuk mengakhiri hibunganku dengan Putri.

Aku tahu kalau tangisnya itu tangis penyesalan, tapi hatiku lebih sakit dengan sikap dan perlakuannya.

Mungkin ini jalan yang terbaik buat kita.


***


Kini aku masih bertahan dengan kesendirianku. Bukan maksud hati untuk memilih, tapi aku ingin mencari tambatan hati yang terakhir hingga nanti akhir hayatku.


***


Inilah ceritaku yang masih kurajut sedemikian rupa, meskipun cerita ini belum selesai.

calendar
27 Aug 2020 21:45
view
142
idle liked
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
close
instagram
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
close
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh:
example ig