Kutipan Cerpen
kado
Karya
finsasasa
Baca selengkapnya di
Penakota.id
Siang terik itu, beberapa jemuranku sudah kering sempurna. Manfaat cuaca panas sebelum puasa adalah kau tidak perlu khawatir dengan hujan yang dapat membuat cucianmu lembab selama seminggu.
persetan hujan, bisanya membuat banjir saja.
Hawanya semakin panas, terlebih saat dua orang pria sedang cekcok dii ujung gang, sepertinya tentang senggol menyenggol kendaraan. Tidak heran dalam 5 menit mereka menjadi tontonan warga, anak-anak disana, pun, menirukan si bapak yang berkata anjing babi dengan otot hampir keluar, sedang bapak satunya menghunuskan kepalan tangan. Peniruan yang sempurna sebelum emak memukul pantat mereka dan menyuruh pulang
Setelahnya, aku bergumam, suhu sudah hampir 35 derajat. Coba saja hujan, pasti aku tidak akan memegang kipas tangan saat kipas elektronik sudah menyala dengan hembusan angin paling tinggi.
Aku menatap ponsel, tengah hari begini lebih baik berjalan ke warung, membeli es, dan merasakan dinginnya meluncur di tenggorokan.
Tapi, yang kudapati, warungnya tutup.
dan aku tersandung saat menghindari anak-anak sialan yang ngebut di perjalanan pulang
Semakin sore, masih dengan kondisi melamun (dan hati yang masih kesal), aku berniat untuk memeriksa apakah jemuran sudah kering sempurna atau setengah lembab. saat itu (dan aku baru tersadar beberapa menit setelahnya), kucing si Barong--tetangga sebelah anteng duduk tepat dibawah kemeja yang akan kupakai untuk wawancara kerja besok. Dengan santai melakukan posisi pipis
Kalau sampai kemejaku jatuh karena angin, di area itu, aku dengan senang hati mengutuk Barong, kucingnya, dan cuaca cerah berangin ini.
Ya. Bagus. Tuhan menjahiliku dengan menjatuhkannya tepat di tempat kucing tadi kencing.
Kutuk. Aku. Ingin. Mengutuk!
Ah, Gila! Aku harus mencucinya lagi dan menggantungnya sepanjang malam! Sial!
Kuharap aku dapat berkata anjing dengan lantang. Sungguh hari yang sempurna, sempurna bagi kesialan. Setelah ini apa lagi yang kudapat? Preman berwajah 'cari mati' di depan rumah?
Eh, preman itu sedang apa di depan pagar?
"maaf, ini rumah Rita?"
Aku mengangguk pelan, curiga. Pria ini tinggi besar, kekar, pakaiannya hitam, seperti paling ditakuti seantero jagat, juga membawa sebuah karung berwarna hitam yang masih dipikulnya.
Tunggu, apa itu mayat? Dia pembunuh?
Sepertinya bukan, ia langsung berbinar ketika tahu ini rumahku, kemudian mengambil sesuatu dari dalam karung, sesuatu dengan warna yang kontras--merah muda dengan polkadot biru, sesuatu itu seukuran kotak sepatu.
"ini, hadiah dari Tuhan"dia berkata pelan, aku berpikir apakah hatinya seperti 'hello kitty'?
Dengan penasaran aku membuka kado tersebut dan mendapati kotak kaca bening tanpa isi.
"Oh, memang tidak ada isinya. Tuhan bilang, akan jadi apa kotak ini, terserah. saya hanya menyampaikan apa yang dikatakanNya" ucap pria itu sangat sopan
Lah, dia gila?
"tidak, saya bukan orang gila" ucapnya sopan
"Kami memang bisa membaca pikiran. Sudah, dilihat dari perspektif apa di matamu, terserah. saya hanya menyampaikan hadiah dari Tuhan" katanya lagi.
Ia membereskan lagi karung hitam yang memiliki besar setengah tubuhnya.
"Saya harus pergi, hadiah ini harus diberikan kepada pengeluh di dunia sebelum sore, sebelum setan mengambil alih pekerjaan"
Hah?... Oke?
Ia berjalan sambil melambaikan tangan, kemudian berhenti "Oh, Tuhan bilang maaf, hanya memberimu sebuah kotak. Hadiah yang tidak berguna bukan?"
Aku tertegun sejenak, setelah mendapati pria itu belok ke jalan raya dan menghilang. Kemudian, aku menghampiri ibu-ibu di seberang rumah dan bertanya tentang si 'preman' tadi.
Mereka menjawab bahwa aku hanya bengong dan berdiri di depan pagar, memperhatikan ibu-ibu berbincang selama hampir 10 menit.
Mereka tidak tahu tentang pria itu.
Setelahnya, aku menatap kotak kaca dan tertegun.
Ini benar-benar hari yang sempurna, aku bersyukur.
Unduh teks untuk IG story