Bandung...
Dengan hujannya yang hampir setiap hari melahirkan cerita.
Hujan yang mendatangkan kebahagiaan bagi manusia yang mencintainya sepenuh hati, dan hujan yang mendatangkan kesedihan bagi manusia yang belum bisa melepaskan masa lalunya.

Sore itu kita berteduh didepan sebuah toko, karena ditengah perjalanan hujan cukup deras.
Percikan air tersapu angin membasahi sebagian baju yang coba kau halangi .
Dengan sebuah tas kecil yang isinya sebuah buku yang mungkin lebih kau sayangi dari apapun yang ada disekitarmu, termasuk aku.
Aku mencoba membuka obrolan agar hujan disini tidak terasa sangat lama bagimu, yang cukup singkat bagiku.

Kau tau apa yang lebih tabah dari bintang yang ikhlas menanti senja tenggelam ?
Hujan?
Ya hujan.
Lihatlah tidak ada yang setabah hujan yang tetap kembali walau jatuh berkali-kali.
Aku sadar ada yang jatuh selain air hujan sore itu, air mataku.
Mungkin aku sedang mengingat sesuatu, sesuatu yang menyakitkan yang coba ku sembunyikan sendiri.

Tenanglah, Lirihku dalam hati

Ketika hujan mulai reda
Kita melanjutkan perjalanan.
Ada pelukan sedikit untukmu, karna aku sadar, aku hanyalah orang asing bagimu, tidak untukku dan perasaanku. kau lebih pantas untukku cintai dalam diam.

Di tengah perjalanan yang cukup dingin, kau bawakan suguhan air hangat untukku, "minumlah, nanti kau kedinginan dan sakit" ucapmu malam itu.
Tak banyak bicara aku meneguk minuman yang kau suguhkan untukku.
Sungguh, kau tak tau betapa bahagianya aku waktu itu, ingin sesekali aku menunjukkan pada dunia bahwa akulah manusia paling beruntung memilikimu tapi aku tak bisa seegois itu, ada hati yang kau jaga bukan?
"jangan kau unggah, kita belum lulus" ucapmu kepadaku.
kau tau betapa perih nya hatiku? tanpa kau memberiku alasan sebenarnya, aku sudah lebih tau.

"apa kau malu menunjukkan kepada dunia, bahwa akulah milikmu?" lirihku dalam hati.

Aku tak habis fikir
"ternyata cintamu hanya sebatas rasa iba untukku" .