Kitab Dewasa
Naskah Drama
Kutipan Naskah Drama Kitab Dewasa
Karya galihkata
Baca selengkapnya di Penakota.id


Tokoh :

Marko             : Anak muda dengan pikirannya yang aneh

Pak Samsudi  : Paruh baya yang memiliki istri muda

Rusdi              : Teman kecil Marko

Kasmad          : Teman Marko dan Rusdi

Manda            : Wanita di masa lalu Marko

 

Adegan 1

Layar terbuka.

Ruang kamar

 

Tahun di mana semua tampak samar-samar, kelabu menghiasi kebosanan, kesepian akan hidup. Tak ada yang tampak seperti hidup dalam dirinya. Kecuali, pikiran-pikiran yang aneh dan konyol—tidak begitu mengindahkan. Ia merasa bosan dengan rutinitas.

Marko             : (nada lesuh) Rasanya baru kemarin aku berpikir bahwa semuanya yang kulakukan adalah cara aku mengisi waktu luang dengan bekerja. Tapi semua...ah sudahlah!

Selama ini ia sibuk menjadi juru tulis. Ia menawarkan jasa itu, kepada manusia-manusia malas.

(Lampu redup)

Matahari yang jernih dan hangat tenggelam ke arah barat, dengan cahaya yang mulai meredup dan melembut, menjadi semburat merah jambu. Berubah dari bentuk kristal menjadi cair. Secara bersamaan Marko memilih keluar untuk sekedar jalan-jalan.

(Ia bertemu dengan sohib seorang lelaki paruh baya, Pak Samsudi)

 

Pak Samsudi  : Loh mas Marko,ngapain di sini? jangan bilang cari angin. Pasti kau suntuk kan di kamarmu...

Marko             : (raut datar) Pak Sam ini seperti peramal saja...Tau isi hati seseorang

Pak Samsudi : (tertawa) Haha. Kau keluar selain membeli rokok dan kopi, tentunya rasa jenuh di depan laptopmu. Aku tau itu...

Marko            : (tegas mengiyakan) iya nih pak Sam, saya lagi nunggu wangsit turun.

Pak Samsudi  : Wangsit kok ditunggu, nanti juga datang sendiri, Mas.

Marko mengalihkan pembicaraan lain ia tak mau memperpanjang persoalan wangsit.

Marko             : Lah Pak Sam sendiri malam-malam gini keluar...Tidak dikasih jatah ya sama istri mudanya?

Pak Samsudi  : (matanya tertunduk) Tidak juga, Mas, saya keluar hanya cari angin.

Marko             : (sedikit mengejek) Loh angin kok dicari... Kekurangan angin di rumah pak Sam?

Pak Samsudi  : (Senyum kecut) Kau bisa saja membalikan perkataanku.

Marko             : Permasalahan hidup kita sama....selalu seperti itu—Menurut hematku, itu terjadi beriringan dan itu akan selalu terjadi.

Pak Samsudi  : Ya, tua dan muda selalu memiliki porsi yang sama.

Marko             : (Diam sejenak) Ohya, beberapa hari ke depan aku akan pergi ke luar kota, pak Sam...aku ingin bertemu dengan teman lamaku di sana

Pak Samsudi  : Oooh, begitu. Ya sudah hati-hati di jalan. Kita akan lanjutkan lagi pembicaraan di lain kesempatan.

(Layar tertutup)

 

Adegan 2

Sekiranya memang betul hidup adalah menunggu mati. Seorang anak kecil mungkin tak ingin mempunyai cita-cita menjadi dokter, guru, dan astronot. Semuanya seperti beriringan, anak kecil tumbuh dengan khayalan semacam itu. Dan menjadi dewasa adalah penerimaan realita yang dialami.

Tiga kawan sedari bangku dasar. Hingga mereka bertemu dalam kesempatan reuni. Rusdi, Marko dan Kasmad

(Disebuah warung kopi)

Rusdi              : (Dengan heran) Loh loh kau sudah berjenggot ya sekarang, Mad?

Kasmad          : (sambil merapihkan jenggot) Iya nih. Selama setahun ini aku mengikuti sunnah Rasul... kalian tau kan bagaimana latar belakang keluargaku..

Rusdi              : (sambil tertawa membenarkan pernyataan Kasmad) haha. Iya benar juga. Lalu bagaimana denganmu, Marko...Aku dengar kau sedang sibuk menulis buku.

Marko             : Ya, kabarku baik-begini saja, tidak ada yang berubah. Sesekali, aku menjadi partikelir untuk orang lain.

Rusdi              : (memotong pembicaraan) Partikelir? Maksudmu pembunuh bayaran itu?

Marko             : Ya, sebetulnya mirip seperti itu(diam sejenak) karena mereka membayarku.

(Semua tertawa)

Marko             : kau sendiri bagaimana, Rus?

Rusdi              : Aku sudah lulus jadi PNS. Bagaimanapun itu keinginaku sejak kecil. Kalian tau, kan...bagaimana gigihnya usahaku dalam meraih tujuan.

Kasmad          : Berati sekarang kau sudah menjadi pengabdi negara?

Rusdi              : Iya seperti itu.

(Berhenti sejenak berbica. Terlihat menikmati wedang yang mereka pesan)

Dengan sekonyong-konyong

Kasmad          : Aku dengar kau akan menikah, Rus?

Rusdi              : (sedikit tersenyum) Ya, tentu aku akan menikah. Sudah barang tentu dengan pekerjaanku ini akan memuluskan.

Kasmad          : Kau yakin sekali, Rus...apakah calon mertuamu yang menginginkan seperti itu?

Rusdi              : Ya. Mereka juga memastikan kebahagiaan anaknya kelak. Tentu tidak serta merta mereka berkata seperti itu.

(Marko sedari tadi diam tiba memotong pembicaraan)

Marko             : (tertawa) haha kau seperti lelaki sejati. Rus

Kasmad          : Dulu pernikahanku aku tak banyak keyakinan atas materi. Aku pikir niatku ibadah aku hanya memantapkan niatku. Tuhanku melancarkannya.

Rusdi              : Tentunya aku tau. Maksudku... kita sebagaimana lelaki, akan sangat mengetahui syarat menjadi orang dewasa. Kita bukan anak ingusan yang berkhayal.

Marko             : (Membantah perkataan Rusdi) Ya. Itu menurutmu. Tentu menjadi dewasa aku masih dengan khayalan itu. Dan aku pikir pernikahan itu sama seperti saat kita kecil dulu menginginkan bahwa sesuatu itu tampak seperti mudah. Semua bisa terjadi. Tanpa perlu banyak aturan.

Rusdi              : (tertawa) Haha...perkataanmu seperti seseorang yang tidak ingin menikah saja. Lihatlah teman kita ini, Kas...berilah dia nasihat baik.

Kasmad          : Menikah itu wajib. Sebuah ikatan dan persetujan dimana dengan menikah kita bisa menjaga diri dengan nafsu...dan kau apakah tidak ingin menikah, Marko?

Marko             : (wajahnya datar tanpa ekspresif) Tentu aku akan menikah, jika wanitaku menginginkan itu. Aku tak perlu banyak nasihat apapun...selama aku mengikuti pikiranku, itu adalah jalan yang benar. Bagiku menikah bukan soal aturan.

Kasmad dan Rusdi tertawa mendengar jawaban Marko.

Kasmad          : Jika aku boleh berpendapat, Kau seperti kehilangan jalan Tuhan. Bagaimanpun juga hidup itu ada tujuan dan aturan yang telah Tuhan sampaikan ke makhluknya.

Rusdi              : (nada tegas) Aku sependapat dengan kau, Kas. Dan aku pikir itu yang membuat dirinya berada dalam pusaran statis. Hidup itu dinamis. Itu yang harus kau pikirkan, Marko.

Marko             : (dengan raut dan nada serba datar) Ya, aku menghargai pendapat kalian, bahwa memang benar aku menghedaki hidupku seperti ini. Menjadi PNS dan seseorang yang dekat dengan Tuhan bagiku nilai nya sama saja dengan orang sepertiku. Aku menjadi partikelir itu hanya mengisi waktu luang dalam hidup yang serba semu ini.

(Layar tertutup)

Adegan 3

Setelah selesai dalam pertemuan itu

Lagi dan lagi dalam beberapa kesempatan Marko tau apa yang mesti dilakukan. Mencari wangsit dengan sekedar berjalan-jalan. Tampak suasana dengan semilir angin yang jahil menusuk sendi-sendi. Darah yang mengalir deras berubah menjadi kaku. Ini seperti lilin-lilin yang tertiup angin. Hidup baginya adalah sesuatu yang mengalir, begitu juga dengan kejadian yang tidak tertuga ia anggap sebagai sebuah kebetulan.

Datang perempuan dari masa lalunya. Yang memang tinggal di tempat pertemuan reuni itu

Manda            : ( Raut wajah kaget) Rupanya kau. Sedang apa di sini?

Marko             : (wajah datar) Ya, ada beberapa urusan.

Manda            : Urusan apa?(nada ingin tau)

Marko             : Reuni (lagi dengan nada yang datar)

Manda            : O, begitu...Kau pasti mengalahkan mereka dengan pikiranmu itu, kan?

Marko             : Seperti yang kau duga, aku tak pernah kalah soal tetek bengek kehidupan

Manda            : Ya, aku tau watak kau(diam sejenak) apa kau masih berkecimpung dalam dunia imajinasimu itu.

Marko             : Ya, aku masih menulis...Rupanya kau seperti wartawan apakah kau akan lanjut dengan pertanyaan lain?

Manda            : (tersenyum) Ya, aku wartawan dalam kasus seorang pembunuh bayaran sepertimu....Betapa lusuhnya mukamu. Kau tak bisa berbohong. Aku merasa iba. Betapapun juga kau lelaki dewasa yang tidak berguna.

Marko             : Itu memang benar. Tapi menurut hematku. Tidak selamanya bahwa menjadi dewasa itu harus berguna... dan aku pikir itu wajar dalam pikirannmu yang sudah mulai menua...

Manda            : Apa kau lupa dengan beberapa catatan penting. Sebuah kodrat, benang lurus dalam kitab dewasa?

Marko             : Itu sudah cukup jelas, kitab dewasa bagiku tidak terlalu penting...begitu juga dengan kau. Itu keputusanmu.

Manda            : Ya, betul saja dan memang lebih baik aku pergi waktu itu... Kau terlalu sibuk dengan pikiranmu tanpa berkaca realita. Kau membuat stereotip dalam hidupmu... Itu bagai jalan tak berujung. Dan itu konsekuensi.

Marko             : Ya. Sama seperti pertemuan kita. Semua terjadi seperti hidup tanpa rencana, dan itu bukan sebuah kebetulan. Memang menurutku itu sesutu yang tertulis dalam suratan nasib.

 (selesai dan layar tertutup)


25 May 2021 18:58
85
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: