Saya Tidak Main-Main! (Siapa Yang Kau Salahkan?)
Cerpen
Kutipan Cerpen Saya Tidak Main-Main! (Siapa Yang Kau Salahkan?)
Karya gemadst
Baca selengkapnya di Penakota.id

Saya main-main ketika saya bilang, saya main-main. Tadi sore, saya buat diri saya seperti main-main, padahal saya tidak main-main. Saya mesti membuat Kirana menganggap saya main-main, padahal saya tidak main-main. Namun, Kirana tetap pergi saat saya kembali menegaskan bahwa, saya main-main. Apa… apa dia tahu kalau saya…


Saya tidak main-main!


Kirana memang manis. Tubuhnya begitu indah. Kesempurnaan fisik yang harus saya akui. Dan dari seluruh keindahan di tubuh Kirana, sepasang bibir itu yang paling menghanyutkan. Jika saya harus mengiaskannya dengan sesuatu, saya menyerah. Saya tidak mampu menemukan ‘sesuatu’ apa yang tepat untuk mengiaskan keindahan bibirnya.


Hingga, banyak lelaki yang ingin memiliki sepasang bibirya. Mengecup manis indahnya. Lalu bercerita dengan teman-temannya dengan penuh kebanggan. Setidaknya begitulah imajinasi mereka terhadap Kirana. Dan saya, juga mengimajinasikan hal yang sama. Bahkan lebih dari itu.


Lebih dari itu! Saya kadang mengimajinasikan lebih dari itu: Di sebuah kamar yang kami booking dua hari sebelumnya. Lalu dalam list tamu yang tidak kami isi dengan nama sebenarnya. KTP sudah dipalsukan jauh-jauh hari. Kirana yang dengan manja menggelayut di lengan saya. Semakin berdebar. Naik lift. Sampai di lantai 7. Di depan pintu kamar nomor 375 saya kecup bibir manisnya. Kirana tidak menolak, bahkan seperti tidak mau melepaskan kecupan saya. Saya membuka pintu kamar, Kirana semakin manja. Saya semakin berdebar. Dan di kamar itu, Kirana melepaskan seluruh helai kain di tubuhnya. Birahi Kirana memuncak. Saya balas dengan kecupan –ciuman lagi di bibirnya. Tidak! Tidak hanya di bibir, tapi juga di… Ah! Ini hanya imajinasi! Tapi….


Saya mulai tidak main-main!


Kirana. Dia lebih dari sempurna bagi saya. Caranya menolak para lelaki dengan senyum manis bibirnya, membuat saya semakin penasaran. Lalu para lelaki itu seolah terhipnotis, tertunduk, dan tak bisa melakukan apa-apa dengan penolakan itu. Mereka menerima tanpa perlawanan. Membuat saya berpikir, apa Kirana sebenarnya menyukai saya dan menunggu pernyataan cinta dari saya? Apa Kirana hanya menginginkan saya yang mengecup bibirnya? Apa mungkin? Apa mungkin semua itu?


Apa yang harus saya lakukan? Saya mulai tidak main-main!


Sore itu, saya tahu Kirana ingin bercerita lagi. Tentang lelaki, tentunya. Karena itu Kirana mengajak saya ke taman (curhat di kost nggak enak, banyak yang nguping, katanya). Pun seperti biasa, saya tidak mampu menolak. Sebab, jika saya menolak, saya juga akan kehilangan kesempatan untuk menatap bibir indahnya tanpa harus mencuri-curi pandang. Perasaan saya mulai tidak main-main. Walau saya sadar siapa saya.


Kirana tersenyum (sesekali tertawa) saat bercerita tentang lelaki kedelapan yang dia tolak bulan ini. Semangat sekali dia. Kirana bilang, dia bisa mengerti siapa yang benar-benar menyukai dan mencintainya, dan siapa yang hanya ingin memiliki tubuh (terutama bibir)-nya. Bagaimana dia bisa tahu? Saya penasaran juga. Kirana bilang dari tatapan matanya. Mata adalah pintu gerbang menuju hati seseorang, menurutnya. Kirana tersenyum lagi, dan dia menatap mata saya!


Tunggu! Kalau begitu, sudah berapa ribu kali Kirana menatap mata saya? Sudah berapa ribu kali pula Kirana mengetahui perasaan saya? Atau sebenarnya Kirana memang sudah mengetahuinya sejak dulu, namun dia tolak semua dugaannya sebab tahu bahwa saya tidak mungkin menyukai dan mencintainya? Kirana menganggap saya sahabat terbaiknya. Saya pikir memang harus selalu begitu. Selamanya. Tapi saya…. Perasaan ini….


Saya semakin tidak main-main!


Semakin saya mendengar tawanya. Semakin saya melihat senyumnya. Semakin saya erat menggenggam tangannya. Perasaan ini semakin tidak main-main. Kirana membuat saya semakin yakin bahwa saya tidak main-main. Saya harus katakan semuanya, apapun risikonya. Tapi bagaimana? Iya, saya sadar siapa saya. Saya hanyalah seorang sahabat terbaik. Dan saya seorang….


Namaku Maharani. Aku perempuan, sama seperti Kirana.

Bibirku tidak menggairahkan. Tapi tubuhku selalu merangsang, menegangkan.

Laki-laki suka mengajakku jalan-jalan, lalu menikung ke sebuah kamar penginapan.

Laki-laki suka membuka bajuku, pakaian dalamku secara perlahan.

Laki-laki suka kecup apapun, di manapun bagian tubuhku dengan desahan.

Tapi…

Laki-laki suka banyak tanya tentang Kirana, sahabatku yang selalu ingin mereka rasakan.

Laki-laki suka buatku kesal, lalu kukatakan kata-kata bajingan.

Laki-laki memang keparat, kini Kirana yang jadi incaran.

Kirana tak mungkin kurelakan.


Aku tak suka laki-laki!

Mereka tak pernah peduli. Mereka punya otak kayak tai!

Laki-laki bilang aku lesbi. Padahal aku sering memerkosa laki-laki.

Laki-laki bilang aku pelacur. Padahal pada kelaminku mereka sering bertelur.

Laki-laki bilang aku daranya. Padahal pada mulutku mereka sering tumpahkan sperma.

Aku tak suka laki-laki!

Mereka tak pernah peduli. Mereka punya otak kayak tai!


Namaku Maharani. Aku perempuan, sama seperti Kirana.

Bibirku tidak menggairahkan. Tapi tubuhku selalu merangsang, menegangkan.

Sore itu akhirnya kukatakan semua kepada Kirana tentang perasaanku yang pelik.

Kutepiskan semua prasangka buruk yang mengusik.

Kulihat matanya perlahan melirik.

Kirana memandangku jijik.


Tidak, tidak, aku main-main, Kirana. Aku bercanda tadi.

Kirana lalu pergi. Kirana tak peduli.

                                                            Kirana…

                                                      Aku…

                                          Main-main….


Saya

      Tidak

            Main-main!


--Ge.ds--

07 Oct 2018 13:49
217
Palangkaraya, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: