1.
Seperti kapas dan kita terhembus
menjadi anak
yang seperti puisi, abadi. Kita mulai terengah menghitung
takdir melambai
Melintasi masjid, rumahmu, dan waktu paling kamu.
2.
Nikmati aku sebagai perjamuan,
anggap kita sedang berkencan
seperti debu sebagai kenangan di pipi.
Hingga suara denting yang berhenti di telingaku
adalah senyum dan suara nafasmu
3.
Lalu mata kita melihat ranting pohon yang hijau
meranggas daun-daun yang hijau
dan kau adalah mata paling hijau
tempatku berteduh di masa paling suci mendekati maut.