Sore ini ada segelas kopi di matanya.

Di tengah keriuhan hujan dan kesunyian petang.
Di tengah ketukan jari dan alunan lagu melankolis.
Dan aku melihat kopi di matanya.

"You're spacing out," katanya.
Bahasa asing yang sudah menjadi ibu mengalun dengan lancar.
Dan kopi menenggelamkan matanya.

Dan aku tidak berani menatap lekat-lekat
karena aku akan terjaga semalaman, seperti minum kopi.
Jantungku akan berdetak lebih cepat, seperti minum kopi.
Lalu pangkal lidahku akan pahit, seperti minum kopi.

Dan aku menyesap kopi yang ada di hadapan,
alih-alih menyesap kopi yang tumpah di soca.
Karena aku tidak mau terjaga dan
jantungku tidak mau berlomba dan
lidahku tidak ingin merana.

Jadi kutundukkkan kepala
dan aku
lontarkan lelucon untuk hati yang temaram.

Tapi dia tertawa dan aku berduka.

Ah, dan aku lupa ada tiga gelas kopi di tawanya.