Nanti ibu bakal cerita padamu nak, tentang sebuah negeri yang dipimpin oleh belgeduwelbeh tongtongsot. Tahukah kamu nak? Tidak tahu ya, baiklah… ibu akan cerita

~

Alkisah di negeri itu nak, kamu tak boleh bicara banyak.

~

Di negeri itu nak, mereka –para punggawa si belgeduwelbeh tongtongsot- itu memahakan uang, suaramu yang jelata ini takkan pernah di dengar. Ibu pikir mereka tuli, sebenar-benarnya tuli.

~

Di negeri itu nak, jika kamu terlalu lantang bersuara, kamu bakal dibungkam. Apalagi lantang bersuara dengan mikrofon menyala. Empunya bernama itu bakal mematikan mikrofonmu begitu saja. Ngeri kan?

~

Suatu hari nak, para mahasiswa bergerak, mereka berarak. Tapi tahukah kamu nak? Dalam jalan pulang satu per satu dari mereka hilang. Ibu juga tidak tahu mereka kemana, dibawa oleh siapa, dan pertanyaan seputar lima We ples satu Ha itu tidak bisa ibu jawab maupun terka.

~

Ban terbakar, marka jalan yang terlempar, tubuh tiarap menggelepar, orang-orang lari saling mengejar…

~

Apa yang mereka inginkan sebenarnya bisa dirundingkan, namun ada pihak yang tidak mau mendengarkan. Sehingga salah satu pihak, yang berserikat dengan suara serak, harus melawan. Kamu paham nak?

~

Mereka yang berseragam, dengan atau tanpa perintah atasan, menganggap massa sebagai ancaman, sebagai biang keladi perselisihan, kalau kamu lengah sedikit dan terpisah dari rombongan nak, kamu akan dibawa entah kemana dan mereka entah berbuat apa. Ibu tidak tahu, teman ibu tidak pernah kembali, ibu juga tidak bisa bicara banyak.

~

Di negeri itu nak, negeri yang dipimpin belgeduwelbeh tongtongsot, wahyu suka salah sasaran. Wahyu dari jamus kalimasada sang samiaji itu salah sasaran kepada seorang yang bahkan tidak tahu harus berbuat apa. Untuk itu kita perlu tahu kompeten dan kapasitas nak, jika tidak, hidupmu bakal disetir sana sini. Entah oleh nafsumu sendiri, atau nafsu orang lain.

~

Lingkaran setan takkan terputus hanya ganti pimpinan, mereka hanya mewarisi dan akan mewariskan. Kau tahu itu nak? Ibu tidak akan menjelaskan

~

Di negeri itu nak, demokrasi sudah mati. Pasal hanya sebatas pasal. Pasal yang menguntungkan dipertahankan, yang tidak menguntungkan disingkirkan.

~

Suara lantang dipaksa bungkam, badan pemberantasan rasuah dibatasi pergerakannya, apalagi rakyat jelata yang hendak dihempas saja jluntrungannya. kamu akan akrab dengan culik, cekik, ambil, buang, hilang.

~

Jarimu harus ibu potong nak, nanti kamu menulis sesuatu yang tidak-tidak dimana-mana. Sebelum punggawa belgeduwelbeh tongtongsot memotong jarimu, biarkan ibu yang melakukan lebih dulu. Setidaknya, ibu sangat menyayangimu.

~

Nanti, kebakaran ban, lahan, dan hutan mungkin dengan seringnya akan kamu jumpai, para pembakar lahan dengan pongah akan mendatangkan uang. Yang ditindak adalah para peladang yang kelaparan dan hendak dengan sederhana membuka lahan.

~

Lalu para pemegang mandat hanya duduk bersila, tertawa, ongkang-ongkang kaki. Menghalalkan kriminalisasi.

~

Di negeri itu nak, kamu harus bertahan. Kamu harus kuat dan menguatkan.

~

Rakyat krisis pangan, pemegang mandat sibuk plesiran.

~

Ingatlah satu hal nak, di negeri itu, kamu jangan sampai berhenti berlari

~

Kamu jangan pernah sampai berhenti berlari

~

Kamu jangan sampai berhenti berlari

~

Kamu jangan berhenti berlari

~

Kamu berhenti

~

Kamu berlari

~

Kamu…..

Nqisiqhswugoverntswb4hilangsos0tidakditemukan4jwgduyedvudhshhshuyb