oranment
play icon
Surat Kepada Bapak
Cerpen
karya @hasani
Kutipan Cerpen Surat Kepada Bapak
Karya hasani
Baca selengkapnya di Penakota.id

Kepada bapak…

pada waktu tertentu yang sayangnya tidak ditentukan....


Pak, apa kabarmu? Ku harap kamu selalu baik dan terlihat baik-baik saja. Meski kerutan di wajahmu ku hitung bertambah satu, dua, tiga, tak terhingga. Garis itu, garis kemelaratan yang bertambah dari waktu ke waktu.


Pak, aku ingin bertanya… seberapa tangguh lagi kah bahumu? Bahu yang lebih kecil dari tinggiku, bahu yang dipenuhi tulang-tulang yang menonjol, yang kami gunakan bersandar padamu. Masih kuatkah? Walau tanpa aku?


Pak… jangan tanya, aku ingin cerita. Meski di hadapanmu aku kehilangan kata-kata. Ku mohon dengarkan saja walau aku tersendat-sendat. Kadang, suara tak bisa diajak berkompromi, dan tubuh hilang kata-katanya, luruh jiwanya.


Hari ini, aku menyakiti seorang lelaki. Ya tidak hanya sekali. Tapi berulang kali. bukan sekali sebab aku juga tak luput menyakitimu sebelum-sebelumnya. Namun, kali ini aku berujung sakit berulang kali, aku yang tergores walau aku sendiri yang menggores.


Pak, benar kata-katamu sebelum aku menginjak altar. Benar katamu aku bukan yang utuh. Benar katamu aku bukan sepenuhnya penuh. Aku ingat engkau mengusap kepalaku, menuturkan kata-kata dengan petuah bijak yang disampaikan sebelum aku menghadap penghulu. Aku melirikmu, dalam kebisuanku… aku bertanya, mengapa manusia kecil, lemah namun berjiwa bersih sepertimu beroleh aku yang seperti sarpakenaka saja?


Mungkin bahumu terlalu kuat, mungkin kakimu berpijak terlalu jejak, mungkin kamu memang luas melebihi alam raya. Senyummu itu, tabahmu itu, melebihi tabah-tabah orang suci seluruh bumi.


Pak, kali ini aku menyakiti seorang lelaki. Seorang lelaki yang kau duduk diantara kami, menyerahkan aku dengan sepenuh hati, meminta padanya untuk jangan menyakiti aku tapi aku menyakitinya. Jangan bangga, jangan berpaling enggan, aku sendiri. Ku mohon… aku hanya ingin bicara dengan bahasaku, pak. Apa engkau bisa memahaminya?


Mengapa kamu bisa tersenyum saat di luar badai sedang mengganas sedangkan di dalam perapian rusak, pak? Mengapa kamu masih berkata baik-baik saja sedangkan sebenarnya kita semua terbebat luka yang menganga? Mengapa kamu bisa berdamai dengan kepura-puraan yang seolah-olah bikin baik-baik saja? Pernahkah engkau tidak berpura-pura tabah dan sesekali menangis dalam sunyi dimana tidak ada seorang pun yang tahu?


Pak, apakah benar laki-laki tidak bisa menangis? Aku baru menyakiti seorang lelaki, dia tidak mengeluarkan air mata sebagaimana aku mengeluarkan air mata.


Mungkin aku sudah tahu jawabnya, lewat dingin yang kau sajikan di rumah saat aku ada salah. Mungkin aku sudah tahu jawabnya kala engkau menatap nanar dan enggan berkomentar, mungkin aku tahu jawabnya kala engkau menyebut nama Tuhan lebih kencang dan lebih pasrah dari yang sudah-sudah.


Mungkin aku sudah tahu, namun alpa mengira…


Pak, saat ini aku ingin duduk denganmu. Seperti biasa, tidak berbicara sepatah kata. Itu sia-sia sebab kata tersendat di kerongkongan bak khuldi yang dimakan Adam. Apakah pernah kita menjadi asing pak? Apakah pernah engkau tidak mengenali aku? Apakah pernah suaraku memantul kala aku memanggil namamu? Apakah pernah engkau sekali saja tidak roboh terkena hadangan dalam jalanmu?


Engkau diam, aku diam. Sebab kita tak pernah benar-benar bicara. Kita tak pernah benar-benar duduk berdua. Aku pikir itu delusiku dari ingatanku yang rapuh separuh jenuh.


Aku ingin lelah, aku ingin rebah. Sedikit saja, hitungannya. Namun aku harus tetap tegar, tabah, seperti yang sudah-sudah. Seperti yang kau ajarkan waktu aku masih kecil di hutan samping rumah. Kala ibu menutup pintu dan tidak ada masakan sama sekali. Kala aku menangis sesenggukan dengan ingus yang keluar, engkau mengusapnya. Seraya berkata ‘sudah tidak apa-apa, mari kita buat nasi goreng saja’


Sebentar pak… lelaki itu meminta nasi goreng padaku. Semoga setelahnya benar katamu. Sudah tidak apa-apa.


tertanda,

aku.

calendar
25 Feb 2022 13:41
view
52
wisataliterasi
Bekasi, Jawa Barat, Indonesia
idle liked
1 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
close
instagram
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
close
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh:
example ig