oranment
play icon
Layang-layang
Cerpen
karya @hasani
Kutipan Cerpen Layang-layang
Karya hasani
Baca selengkapnya di Penakota.id

Ada yang berbeda dengan langit yang ku pandang. Jakarta masih sama seperti sebelum-sebelumnya, langitnya sendu, hitam, awan mendung menggantung dengan sesekali terdengar gemuruh kecil dari jarak yang jauh. Teringat sesuatu, aku buru-buru keluar kamar, menuju lantai atas.


Aku naik ke balkon tempat jemuran. Ini adalah tempat strategis di kosan ini. Menyuguhkan pemandangan kota dengan gedung tinggi menjulang dan perkampungan kecil, suatu kesenjangan sosial sejauh mata memandang.


Mendung, sabtu sunyi ini mendung dan kupikir akan segera turun hujan. Ada pemandangan yang berbeda, banyak layang-layang kini mengudara di jagad angkasa, disusul teriakan dari mereka yang berhasil menerbangkan layangan, lalu ada seru antusias dari mereka yang layangannya belum bisa berhasil mengudara. Aku teringat sebuah cerita bahwa saat hari mendung, hendaknya jangan main layangan. Guru fisika sekolah menegah ku berkata bahwa benang layangan bisa jadi perantara petir ketika menyambar. Iseng, aku berteriak ke salah satu diantara mereka yang memanjat atap rumah. “Mau hujan, jangan main layangan. Bahaya kalau ada petir” kataku, dia tersenyum lebar “ini hiburan kami. Kami bosan duduk diam sambil social distancing atau apalah. Ada yang menerbangkan lampion sebagai simbol harapan, pun kami menerbangkan layangan sebagai simbol harapan juga!” Teriaknya. Aku tersenyum, menggeleng-geleng kepala. Senyum mereka semakin merekah. Sepertinya, tiap rumah di lingkungan ini sedang sepakat dan kompak hendak main layang-layang. Tidak peduli tua, muda, kanak-kanak, layang-layang mengudara diiringi tepuk dan sorak.


Lingkungan disekitar ku memang kecil, gang sempit, didominasi masyarakat menengah ke bawah dengan segala dinamikanya. Hunian diapit sana sini dengan gedung perkantoran tinggi menjulang, perumahan elit mewah tak ada tandingan. Kontras tentu saja dengan kehidupan anak-anak ini, kontras dengan senyum-senyum mereka saat berhasil menerbangkan layang-layang. Ah, aku jadi ingat kisah bapak tentang permainan yang diciptakan anak-anak saat musim tertentu selalu mengandung sebuah makna, simbolisasi kejengahan keadaan. Dan, tiba-tiba aku juga jadi ingat tulisan seseorang yang pernah kubaca di media kampus, tentang dunia anak-anak yang bermain sesuai dengan realita yang ada saat itu. Anak-anak selalu bisa menciptakan suatu permainan baru sesuai dengan kondisi yang terjadi. Representasi bahwa memang manusia mencipta. Ingatanku juga melayang pada masa kolonial, dimana anak-anak pribumi tidak peduli sanitasi, main petak umpet di selokan kumuh. ini sudah terlalu jauh, batinku. Mereka hanya mengejar bahagia, jenuh atas keadaan yang serba tidak tahu arahnya. aku kembali menjadi aku lagi. Di balkon mengawasi mereka satu persatu.


Mungkin cuaca Jakarta cocok untuk bermain layang-layang daripada bermain gundu atau gasingan. Mungkin ini adalah cara mereka berkomunikasi satu sama lain, saat physical distancing, imbauan agar jaga jarak. Mungkin ini adalah cara mereka mereka menghibur diri dan satu sama lain, secara murah, terjangkau, yang penting ada rona gembira bagi mereka yang memainkannya. Mungkin ini adalah cara mengatakan kepada langit, kepada sekitar, bahwa mereka baik-baik saja. Entahlah~


Banyak layang-layang yang mengudara kini, diantara apartemen mewah, mengudara diantara gedung perkantoran, diantara mereka yang mencakar langit, anak-anak ini justru sedang mengajak bermain langit agar cerah dan bisa bersenda gurau bersama mereka, kembali…..

calendar
01 May 2020 23:22
view
143
wisataliterasi
Pela Mampang, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia
idle liked
2 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
close
instagram
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
close
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh:
example ig