Mevrouw Hellena si Tukang Sihir
Kutipan Cerpen Mevrouw Hellena si Tukang Sihir
Karya hendriherdiansyah
Baca selengkapnya di Penakota.id

Saat tubuhnya tidak mempan ditembak, dicincang, bahkan dibakar, Mevrouw Hellena, yang pada hujan malam sebelumnya kedapatan menggali kubur suaminya di kerkop yang tepat berada di halaman gereja kota, bersumpah akan menghidupkan kembali suaminya yang telah mati itu, membuat orang˗orang semakin yakin bahwa ia bukan hanya sekadar perempuan-tua-gila yang sering mengumpat dalam bahsa ibunya, tapi ia juga tukang sihir, hingga ia diikat dengan delapan utas tali˗tambang˗besar yang masing˗masing ujungnya dipegang delapan pemuda perkasa penunggang kuda yang—seperti bayangan di dalam gelap—tiba˗tiba datang dari atas bukit, diarak sepanjang kota menuju hutan selama dua harmal, ditelanjangi dan disalib pada sebatang tiang di tengah hutan di Priangan Timur, dilempari batu, hingga akhirnya dipaksa menelan bulat˗bulat sekuntum bunga beracun beserta tangkainya yang berduri oleh sekelompok lelaki berbaju hitam dengan kain penutup kepala batik putih bercorak daun˗daun kecil kecokelatan itu, yang saat setelah hari ketiga belas penyaliban, atau hari kelima setelah Perempuan Londo tersebut menelan bunga itu, yang membuat tubuhnya mulai berbercak ungu dan tidak menampakkan tanda˗tanda kehidupan—napasnya berhenti dan seorang lelaki yang meraba payudara kirinya tidak merasakan detak jantung sedikit pun—hingga membuat seisi kota bersorak, saling bersalaman, dan bersama˗sama mengikat kembali tubuh perempuan˗tua˗kurus˗keriput itu dengan erat, menyumpal mulutnya dengan pasir dan kerikil˗kerikil kecil, memasukkannya ke dalam peti kayu yang setiap celahnya dipaku dengan rapat, memasukkan peti itu ke dalam lubang yang sudah digali sangat dalam, menindihnya dengan batu sangat besar, lalu menguburnya, dan menanam sebuah beringin seukuran kelingking tepat di atas kuburan itu, hingga saat badai besar yang melanda kota pada dua puluh tujuh tahun berikutnya, tepatnya pada hari kedua puluh tujuh badai tersebut, pohon beringin yang sudah sebesar dua kerbau bunting yang diikat disatukan itu runtuh, dahan˗dahan beranting lebar itu menggugurkan semua daunnya yang kering, terombang˗ambing terbawa badai dan berserak di halaman dan atap gereja, kantor tambang, stasiun, pasar, maupun rumah˗rumah warga di kota, dan akarnya, yang menjalar ke segala arah, tercerabut dengan sempurna, membuat retakan besar di seperempat bumi, di mana dari sela˗sela akar yang semrawut seperti ular itu, mencuat dari dalam tanah sebuah peti lapuk yang masih lengkap dengan batu besar penindihnya, hanya saja semua paku di setiap celah peti itu sudah terlepas, peti itu terbuka, dan di bagian dalamnya hanya terdapat seutas tali yang berserak, tak ada sisa tulang, tak ada belulang, Mevrouw Hellena telah bangkit dari kuburnya saat badai, itulah yang orang˗orang dengungkan di semua sudut kota, bahkan, makam Menir Van Schoonbeke di kerkop, suami yang masih dicintai Mevrouw Hellena bahkan ketika mereka sudah mati itu pun, kata seorang pastor yang semua orang percayai ia tidak mungkin berbohong, digali segerombol kucing di malam yang sama, dan makam˗makam di seluruh kota telah digali dan mayatnya berkeliaran di jalan˗jalan setiap malam, membuat warga kota meringkuk ketakuatan di ranjang masing˗masing tanpa bisa tertidur, hingga suatu malam tedengar derap kaki kuda dalam ritme yang sama, menderu menurumi bukit di timur menuju kota, yang entah siapa penunggangnya, entah berapa banyak jumlahnya, yang jelas, malam itu, selain derap dan ringkik kuda, terdengar pula sabetan pedang sampai menjelang pagi, dan keesokanharinya, mayat hidup yang pernah mati itu, kini mati kembali dengan kondisi yang lebih buruk, kepala dan bagian tubuh mereka yang lain terpisah˗pisah, tak dapat dikenali, berserak di seluruh jalan kota, sedang kelompok penunggang kuda yang turun dari bukit itu hilang seperti kabut, meninggalkan sisa pekerjaan bagi warga kota yang tidak ingin mengambil risiko untuk keduakalinya, mereka membawa gerobak˗gerobak pertambangan, menumpuk potongan˗potongan tubuh jasad itu, dan mendorongnya bersama˗sama ke sebuah lapangan golf di bawah bukit, di belakang hotel mewah milik orang timur˗tengah, lalu membakarnya di sana, tiga puluh gerobak tumpukan kepala dan ratusan gerobak dengan anggota tubuh lain, anjing˗anjing menyalak membaui tulang˗belulang yang terbakar, perlu waktu tiga harmal menjaga api menyala untuk memastikan bahwa tulang˗belulang itu sepenuhnya jadi abu, dan saat api perlahan padam, semua warga bersorak, bersalaman, dan mengadakan pesta meriah selama tujuh harmal, hingga di malam ketujuh, seorang lelaki tua datang dari Batavia dengan kereta yang ditarik empat ekor kuda, warga kota mengenalnya sebagai peternak babi yang dua puluh tujuh tahun silam, tepat setelah penguburan Mevrouw Hellena, pindah ke Batavia dan membuat peternakan babi di sana, dan sekarang pulang membawa kabar bahwa ia melihat Mevrouw Hellena dan Menir Van Schoonbeke di Pelabuhan Kelapa, menaiki kapal menuju entah ke mana, mereka berdua terlihat sehat dan tak sedikit pun bertambah tua, mengenakan pakaian serba baru, bahkan Menir Van Schoonbeke mengisap cerutu Kuba secara perlahan˗lahan, dan dari lagu yang disenandungkan pelan oleh Mevrouw Hellena, lagu Als de Orchideen Bloeien, pedagang babi itu yakin kalau mereka akan segera pulang ke negeri asal mereka, Negeri Kincir Angin, yang dulu mereka tinggalkan untuk mengundi nasib di Hindia Timur, dan mendapat tugas mengawasi sebuah tambang kecil di Priangan, memulai hidup bahagia, namun satu per satu bencana mulai menyerang kota, berawal dari serangan hama tanaman yang menyebabkan gagal panen, wabah penyakit yang tak pernah ada obatnya, hingga longsornya beberapa gua pertambangan, yang membuat seluruh warga kota yakin bahwa kedatangan Menir Van Schoonbeke dan Mevrouw Hellena adalah penyebab kesialan yang bertubi˗tubi itu, terutama kegemaran aneh wanita itu memakan telur kura˗kura dan meminum air kencing kucing, hal yang sekarang dipercayai warga kota kalau Mevrouw Hellena mempunyai sembilan nyawa dan umur tiga˗ratus˗lima˗puluh˗tahun, dan tidak akan ‘benar˗benar’ mati sebelum sembilan nyawanya habis atau tiga˗ratus˗lima˗puluh˗tahun umurnya mencapai batas, dan ia hanya pura˗pura mati saja waktu dua puluh tujuh tahun silam disalib dan dipaksa menelan bunga beracun itu, sementara itu seluruh warga kota berharap kalau kapal yang ditumpangi Menir Van Schoonbeke dan Mevrouw Hellena dari Batavia menuju entah itu menabrak karang di tengah laut dan karam, lalu Menir Van Schoonbeke dan Mevrouw Hellena ditelan paus, atau kejadian mengerikan apa pun yang membuat mereka kehilangan sembilan nyawa dan tiga˗ratus˗lima˗puluh˗tahun umur~~nya, dan tak kembali lagi ke kota itu selamanya, hingga tugas warga kota yang terakhir tinggallah berburu seluruh kucing dan kura-kura di kota, binatang terkutuk itu,mengumpulkannya di lapangan golf belakang hotel, dan membakarnya sampai jadi abu.


 


 


 


Garut, 20 Juli 2020.


Cerpen iseng-iseng :v

21 Aug 2020 19:23
271
Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: